Lihat ke Halaman Asli

Azri Syahrul Fazri

Menulis adalah hobi, Membaca adalah kebutuhan, Mengabadikan adalah sejarah

Hubungan Logika dan Perasaan

Diperbarui: 5 September 2021   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fsolusik.com%2Fdilema-logika-pikiran-perasaan

Sebelum penulis membahas tentang judul, perlu pembaca ketahui bahwasannya tulisan ini berasal dari keresahan hati yang merangsang logika untuk menulis hal ini. Ya seperti itulah kadang-kadang manusia, jika hanya terus dipendam mungkin tidak akan pernah tenang. Jadi menulislah jika itu bisa menenangkanmu, hehe so bijak banget.

Dalam hal ini ada dua kata kunci yang akan penulis bahas, yakni logika (akal) dan perasaan (hati). Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), logika ialah pengetahuan tentang kaidah berpikir, ilmu mantik, dan jalan pikiran yang masuk akal. Sedangkan perasaan ialah feel (rasa) atau keadaan batin sewaktu menghadapi (merasai) sesuatu. 

Simpelnya, logika itu sesuatu yang masuk akal dan perasaan itu reaksi hati terhadap suatu keadaan. Oke, mungkin penulis gak akan panjang lebar seputar pengertian logika dan perasaan. 

Detailnya kalian bisa cari sendiri dari sumber lain atau bahkan sumbernya mungkin diri kalian sendiri yang  sedang banyak pikiran dan banyak memendam.

Perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya terdapat hubungan antara logika dan perasaan. Seperti apakah hubungan keduanya? Apakah harmonis, apakah sering bertengkar, atau apakah kadang harmonis kadang pula bertengkar? 

Pastinya kita sendiri lebih tahu bagaimana situasi hubungan keduanya. Oke kembali ke topik, lalu seperti apasih hubungan antara logika dan perasaan.

Pada dasarnya logika lebih mengutamakan pada hal-hal yang konkret, seperti cara berpikir, analisis, observasi, dan sesuatu yang mungkin diterima oleh akal. Kemudian, perasaan pada dasarnya lebih menekankan pada feel, batin, dan seuatu yang terjadi pada hati yang bersifat abstrak. 

Meskipun keduanya cukup berbeda jauh dari segi pengertian, justru itulah hubungan kedunya. Kita tahu sendiri bahwa manusia hidup harus saling melengkapi dan toleran satu sama lain, begitu pula logika dan perasaan. 

Kita ambil contoh, ada kalanya perasaan memupuk kebencian terhadap seseorang yang amat berlebihan. Maka di situlah peran logika, di mana ia harus menjadi penenang bahwasanya kebencian tidak akan menuntaskan permasalahan dan tidak akan membuat perasaan menjadi tenang. 

Di sisi lain, ada kalanya juga logika merasa penat, lelah, dan sulit berpikir jernih. Maka saat logika buntu, perasaan akan membimbing dengan batin dan hati nuraninya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline