Lihat ke Halaman Asli

Surat Terbuka Untuk Para Patriot Bangsaku

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidakkah kalian rasakan apatisme yang meluas dan mengental. Tidakkah kalian rasakan kebingungan yang melanda. Tidakkah kalian rasakan kekalahan psikologis, padahal perang sedikit pun tak digelar. Tidakkah kalian rasakan kemuakan, tapi kemuakan dimuntahkan kepada siapa. Tidakkah kalian rasakan kecemasan masa depan. Tidakkah kalian rasakan menumpuknya persoalan, tapi persoalan apa tak bisa dijelaskan. Tidakkah kalian rasakan hilangnya kebanggaan. Tidakkah kalian rasakan lenyapnya kehormatan. Tidakkah kalian rasakan lumpuhnya aktivisme. Tidakkah kalian saksikan langkanya keperwiraan. Tidakkah kalian rasakan sirnanya patriotisme. Tidakkah kalian rasakan rindunya menanti pahlawan. Pahlawan yang menyingkap tirai kegelapan. Pahlawan yang memenggal si angkara murka dan membebaskan jiwa-jiwa yang nyaris layu.

Ooiii...patriot bangsa!! Apakah kalian tidak mendengar jeritan hati mereka yang memanggil-manggil namamu!! Oooiii....patriot bangsa!! Kenapa kakimu terbelenggu? Dibelenggu oleh apa dan siapa?

Para patriot bangsa, dari gembel sampai bangsawan. Dari sipil sampai militer. Dari ulama hingga jenderal. Perhatikanlah dengan saksama. Musuh-musuhmu hanya mengincar dua hal darimu. Kekayaaan negerimu dan kaummu. Terhadap kekayaan negerimu, hasil alammu, warisan peradabanmu, mereka telah dan terus mengambilnya, baik engkau setuju atau tidak. Mereka menyitanya dari tanganmu. Mereka mengurasnya dari pekaranganmu. Mereka memindahkannya kemana pun mereka mau. Sedangkan terhadap kaummu, mereka merampasnya darimu. Mereka memutuskan ikatannya darimu. Mereka mencabik-cabik kaummu darimu. Sebagaian ada yang mereka perbudak, sebagaian ada yang jadi jongos, dan sebagaian lagi menderita karena sengsara.

Sebenarnya jika kalian dan kaummu bersatu padu, tak ada yang bisa mereka lakukan terhadapmu. Tak akan sanggup mereka mengalahkanmu. Tapi mereka dengan cerdik menanamkan perpecahan. Perpecahan yang membawa penderitaan, kelemahan dan kekalahan padamu. Terhadap hal itu, mereka menebarkan aroma yang sedap bagimu: bahwa perpecahan itu adalah rahmat. Bahwa perpecahan itu adalah hak asasi. Bahwa perpecahan itu harus dijamin dan dilembagakan dengan demokrasi. Aroma yang mereka tebarkan itu telah merusak syaraf-syaraf otakmu sampai kau tak bisa membedakan mana dusta mana kebenaran.

Oooiii para patriot bangsa!! Sadarlah!! Insyaflah!! Kau telah terpedaya. Kau telah tertipu. Kau telah tersihir oleh bombardir propoganda mereka. Bergegaslah. Bersiagalah sebagaimana kau terlatih bersiaga. Kali ini bergegaslah menolong kaummu yang terkulai lemah. Bergegaslah membangunkan para patriot yang lain. Usap matamu dengan bismillah. Tepis asap ajian sirep yang menidurkan kesadaranmu sekian lama. Temui para arif dan bijaksana. Bersatu padu dengan mereka. Membebaskan kaummu dari perdaya si angkara murka. Ingat!! Kehormatan dirimu dan kehormatan bangsamu jauh lebih penting dari segalanya.

Ooiii para arif bijaksana!!! Tidakkah kalian lihat, umatmu dirampas dari tanganmu, tapi kamu diam saja. Bungkam dan tidak berontak. Tidakkah kalian lihat kesetiaan umatmu tidak lagi pada dirimu, pada agamamu. Tapi pada yang bisa mereka anggap menyelamatkan mereka dari ancaman haus dan lapar.

Tidakkah kalian lihat, umatmu tercabik-cabik dari ikatan-tipu yang satu kepada ikatan-tipu yang lain. Tidakkah kalian lihat, umatmu persis seperti bola, dioper dari satu kaki ke kaki yang lain. Dipermainkan sedemikian rupa untuk menggolkan tujuan-tujuan jahat mereka, dan dengan permainan yang menempatkan umatmu sebagai bola itu, mereka menemukan kepuasan dan kebahagiaan mereka. Mereka tertawa terbahak-bahak dengan bola yang menggelinding itu. Maaf, maksudku dengan umat yang menggelinding itu. Tidakkah kau tersinggung dengan kenyataan itu? Jika tidak tersinggung juga, apakah hatimu sudah lama mati?

Ketahuilah, semua ikatan-tipu yang ditebarkan itu hanya bermaksud menguras dan memeras apa yang ada pada umatmu. Tidakkah kalian sadari itu, oooiiii kaum arif bijaksana dan budiman!! Bergegaslah melangkah. Singsingkan lenganmu. Tanggalkan jubah beratmu. Ambil sepatu bootmu. Bergandeng tanganlah dengan para patriot lain di segala matra untuk menyelamatkan kaummu yang hampir tenggelam oleh lumpur hisap yang disediakan oleh musuh-musuhmu.

Majulah ke depan memekikkan seruan kesadaran. Bersatu padulah dengan semua perwira, para patriot di segala matra, yang cuma rindu kehormatan dan keikhlasan pengabdian. Pasti Tuhan menyertai kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline