Lihat ke Halaman Asli

Syahrul Chelsky

TERVERIFIKASI

Roman Poetican

Musim

Diperbarui: 14 Oktober 2019   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pixabay.com

Aku sungguh ingin belajar memahaminya, membaca perasaannya.
Sebagaimana musim mengerti hari.

Aku ingin duduk di sebelahnya sebagai daun yang berjatuhan di musim gugur.
Yang kadang-kadang mendengarnya bercerita, karena setiap kalimat yang keluar dari tubuhnya adalah puisi yang tidak pernah bisa kumiliki.

Meski di lain waktu ia hanya menganggapku derap dan dekap sepasang sepatu tua yang tidak lagi bisa mengiringi langkahnya.
Yang lebih sering tertinggal atau ditinggalkan olehnya.
Di teras, di taman yang hampa, di dekat tempat sampah, atau di mana-mana.

Musim panas tidak juga membuatku lebih hangat. Matanya selalu membuatku merasa lebih dingin dari setumpuk salju yang dilemparkan oleh seseorang ke kepalaku.

Dan pada petang hari di musim yang hujan aku hanya mampu menyentuh tangannya; sebatas daun-daun yang berguguran, atau sepasang sepatu tua yang hanya bisa
meraba sisi terluar dari kakinya.

Ia pergi di tahun-tahun yang duka,
di sepanjang musim dingin
yang tidak hanya menjelma sebagai kecupan selamat malam.
Tapi juga ucapan selamat tinggal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline