Gelaran acara JNE Kopiwriting yang diadakan oleh JNE dan Kompasiana pada hari Kamis tanggal 22 Agustus di Eat Boss Cafe Banjarmasin lalu berlangsung hangat serta meriah. Di hadiri total oleh 20 orang kompasianer Kalimantan Selatan, serta puluhan lain yang mewakili awak media lokal, acara ini terbilang sangat sukses hingga menyisakan kesan yang mendalam bagi seluruh peserta. Terlebih bagi kami, Kompasianer Banua Kalimantan Selatan --atau biasa disingkat Kombatan--yang setelah cukup lama, seolah terlahir kembali dengan tambahan beberapa wajah baru.
Kegiatan ini didasari oleh tingginya pertumbuhan UKM di Banjarmasin yang hingga kini telah menyentuh angka dua ribu dan tentu masih akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Yang mana hal ini juga mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kota setempat.
Sedikit membahas tentang UKM. Sependek yang bisa saya tangkap, Departemen Perindustrian dan perdagangan menyebutkan bahwa UKM atau Usaha Kecil Menengah ialah kegiatan usaha yang didirikan atas inisiatif seseorang hingga menggiring pada terbentuknya individu maupun kelompok industri modern, tradisional, atau kerajinan yang memiliki aset dan modal di bawah tujuh puluh juta rupiah
Maka dalam hal ini, JNE, Kompasiana dan tentunya beserta dukungan dari Pemerintah Kota Banjarmasin, saling bergandeng tangan untuk mengadakan rangkaian kegiatan JNE Kopiwriting di Kota Banjarmasin yang mengusung tema "UKM Lokal di Pasar Digital" guna membangun mental bersaing para pelaku UKM di era industri 4.0, serta untuk menunjukkan dukungan dari berbagai pihak, bukan hanya pemerintah dan instansi terkait.
Dalam acara bertajuk Kopiwriting yang berlangsung kurang lebih selama tiga jam ini, Depi Haryanto, selaku Pimpinan Cabang JNE Banjarmasin dihadirkan sebagai pembicara. Kemudian ada Ir. Doyo Pudjadi selaku Asisten Bidang Perekonomian Pemerintah Kota Banjarmasin, Ir. Muhammad Rustam sebagai Perwakilan dari Dinas Koperasi UKM dan Tenaga Kerja Pemerintah Kota Banjarbaru, serta Aulia Abdi sebagai salah satu pelaku UKM serta Pemilik Rumah Makan Sambal Acan Raja Banjar.
Pada sesi awal penyampaian materi, Bapak Ir. Doyo Pudjadi, kemudian disusul oleh Ir. Muhammad Rustam yang masing-masing mewakili Pemkot Banjarmasin dan Banjarbaru, sama-sama sedikit banyak menyinggung akan pentingnya peranan beberapa pihak terkait --dalam hal ini khususnya JNE-- yang mereka anggap menduduki posisi yang cukup vital dalam menopang keberlangsungan serta perkembangan UKM di Kalimantan Selatan, baik di Kota Banjarmasin atau pun Banjarbaru, melalui peningkatan pelayanan promosi yang gencar dilakukan di media online.
Sementara Depi Haryanto, sebagai perwakilan sekaligus Pimpinan JNE cabang Banjarmasin, memberikan penuturan terkait kerajinan tangan serta kuliner sebagai produk UKM lokal yang saat ini mendominasi pendistribusian layanan logistik mereka.
Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa mereka akan terus berusaha untuk membantu perkembangan UKM lokal dengan menciptakan berbagai inovasi lain seperti yang sebelumnya telah mereka lakukan.
Seperti pembuatan layanan pengiriman dalam jumlah besar dengan potongan biaya kirim hingga tidak membebani para pelaku UKM, mengadakan pelatihan gratis seputar strategi digital marketing dan packaging bagi pelaku-pelaku UKM, atau seperti lahirnya layanan PESONA (Pesanan Oleh-oleh Nusantara) yang kini perlahan menjelma sebagai primadona untuk layanan pengiriman makanan kuliner khas Indonesia yang membuat para konsumennya tidak lagi harus pergi ke daerah asal makanan tersebut untuk dapat menikmatinya.
Kemudian beliau juga menambahkan tentang harapan untuk ke depannya, baik media maupun blogger --yang secara khususnya ditujukan pada Kompasianer--lokal agar dapat membantu penyebaran informasi atau pun konten yang berkaitan dengan produk UKM Lokal di Kalimantan Selatan.
Berpindah kepada pemberi materi terakhir, seorang Aulia Abdi yang membawa cerita unik tentang kesuksesan produk UKM Sambal Acan Raja Banjar yang mana pada awalnya, kata beliau, adalah sebuah usaha dari kamar kecil yang hanya bermodalkan ratusan ribu.