Lihat ke Halaman Asli

Syahrul Chelsky

TERVERIFIKASI

Roman Poetican

Puisi | Di Antara Kedua Lengan, Saat Tuhan Sedang Kesepian

Diperbarui: 17 Mei 2019   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay

Istriku,

Aku tahu kamu lelah. Aku mengerti kamu sedang sakit. Air matamu mengalir, menyentuh telinga. Tetapi hal yang membuatmu menderita tak bisa kuajak duduk dan bicara. Maafkan aku.

Pejamkan matamu, ini akan segera berakhir. Letakkan kepala di antara kedua lenganku yang terbuka. Kamu akan aman dari ancaman dunia, serta suara-suara sumbang yang menciptakan dasar kecemasan kita.

Sayangku,

Mendung sedang memburu laju nafasmu, mungkin hujan akan segera turun selepas kamu menutup mata.

Barangkali, bunyi kesedihan akan disamarkan oleh angin yang menerbangkan residu ingin. Tidurlah di kedua lenganku. Karena udara akan menjadi sangat dingin.

Rebahkan kebiasaan keras kepalamu, lenganku kamar tidur yang menginginkan dengkuran terakhirmu sebelum senyap, hangat suhu tubuhmu sebelum kaku. Kamu akan pulas tanpa perlu bermimpi. Atau mengingat beban hidup, seperti membuat sarapan, mencuci pakaian dan membersihkan ranjang.

Ini waktunya kita menutup buku. Berpisah untuk bertemu dalam kisah yang baru. Bagian akhir cerita, perihal peristirahatan di antara dua lengan yang ragu. Saat rasa sakitmu berhenti. Dan aku menyadari, bab terakhir yang kubaca ialah tentang cara melepas sebuah titipan untuk menemani Tuhan yang sedang kesepian.

Aku mampu mencintaimu seratus tahun lagi. Tapi bila menurutmu itu masih sebentar, aku bisa mencintaimu di surga selamanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline