Aku mau dirimu jangan menghilang.
Tetap di sana, jangan ke mana-mana.
Urusan siapa yang pergi, biar aku saja.
Aku mau dirimu jangan menghilang.
Ini memang melelahkan.
Tapi mencintai seseorang
belum pernah membuatku sesenang ini.
Aku mau dirimu jangan menghilang.
Aku tak punya apa-apa
selain kebahagiaan melihat kau tersenyum
di hari-hari kita kuliah.
Melihat bayangan wajah kau
di pantulan kaca papan tulis putih.
Kau masih ayu di hari Jum'at dan Sabtu.
Masih semanis kau di hari Kamis.
Aku mau dirimu jangan meghilang.
Aku cinta kau seadanya dan sekurang-kurangnya.
Dalam diam dan harapan pada bisik-bisik doa sehabis Isya.
Tak perlu kau dengarkan.
Ini cuma keinginan kecil
dari seorang hamba kepada Tuhan.
Aku mau dirimu jangan menghilang.
Maafkan aku yang amatir,
yang menghabiskan sisa hidup
hanya untuk belajar mencintai satu orang.
Aku mau dirimu jangan menghilang.
Aku mau mendengar suara kau
setidaknya seminggu sekali.
Meski harus menyusup
di antara derai daun-daun kering
dan tiupan angin.
Bicara apa saja, pada siapa saja.
Cukup denganku kau menjadi beku dan dingin.
Aku mau dirimu jangan menghilang.
Aku sedih, tetapi tak apa.
Aku masih bisa tertawa selama kau masih ada.
Semalam aku memikirkan kau dan menjadi gugup.
Besok kita bertemu
agar aku bisa menghabiskan beberapa detik
untuk memandangi kau
yang sedang tersenyum ke arah orang lain.
Aku merasa senang dan pilu di saat yang bersamaan.
Aku mau dirimu jangan menghilang.
Sisa umurku mungkin tak seberapa,
dan mungkin tak akan lama.
Kau bisa tetap hidup dan bahagia.
Aku akan menemukan tempat pulang,
kemudian dari jauh kau bisa kuperhatikan,
tanpa perlu takut ketahuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H