ia meminta hadiah
sebagai tanda cinta
jika tidak diberi
ia minta pisah
aku seorang pujangga
tanpa nama
tak bisa kuberinya
bunga atau istana
hanya pena yang ku punya
kata mutiara menjadi senjata
untuk meluluhkan hatinya
saat lilin ditiup
hatiku sangat gugup
ku beri ia surat cinta
dia membacanya
lalu kecewa
surat itu tak bermakna
aku ukir kembali setiap kata
namun tak ada yang berbeda
hanya menggores luka di dada
hari tak berlangsung lama
ku tulis surat baru untuknya:
sebuah surat tanpa kata.
20 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H