Mula
pemuda keras kepala itu bernama gigih. lahir 21 tahun lalu, pada bulan agustus di bantaran sungai bengawan solo Ia dibesarkan dikeluarga sederhana. Memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan kesayangan.
Ibunda gigih adalah wanita kuat yang senantiasa mengingatkan gigih akan hal baik. Sementara ayahnya adalah seorang yang mengajarkan gigih arti ketulusan.
Diusianya yang sekarang, gigih terbilang kekanak kanakan. Meski begitu tiga tahun lalu gigih memutuskan untuk berpindah ke kota malang. Kota yang dahulu menjadi mimpinya.
Gigih belajar banyak hal. Menjadi mahasiswa di salah satu kampus swasta di malang, menjadi seorang fotografer ,menjadi serorang perancang grafis, gigih juga membantu di angkringan milik sepasang kekasih, yaitu taswaya dan april.
Salah satu yang menurut gigih sulit dilakukan adalah menjadi berguna sebab itu gigih memutuskan untuk bergabung dalam pergerakan sosial kerelawanan yang diprakarsai oleh para pemuda. Disitulah gigih bertemu seorang gadis bernama Nur. Sikap gigih begitu dingin ketika awal bertemu, memang seperti itu gigih.
Nur memberanikan diri untuk menegurnya,"Mas sinis banget" ucap Nur dengan memamerkan senyum. Tanpa membalas ucap dari Nur, Gigih berlalu meninggalkan ruangan dipenuhi banyak pertanyaan siapa Nur sebenarnya.
Tumbuh
Suatu ketika Gigih memberanikan diri untuk bertukar pesan dengan Nur. Tentu tidak sulit dizaman sekarang untuk mendapatkan nomor Nur.
Bahkan Gigih juga mulai berani mengetuk tombol "ikuti" di instagram Nur. "Ibu, sepertinya Gigih sedang jatuh cinta". Sejak saat itu tulisan fiersa besari, wira nagara, juga pak sapardi menjadi teman gigih setiap malam.
"Apa kabar?" "sedang sibuk apa?" obrolan yang menjadi awal bertukar pesan hingga menjelang tertidur lelap. Setiap sore gigih ingin bertanya " bagaimana harimu? menyenangkan, atau justru merepotkan?". Guyonan-guyonan tidak lucu juga dikirimkan gigih kepada nur "hewan-hewan apa yang suka ditiang listrik?", Nur menjawab "cicak?", "Bukan" Gigih menyalahkan jawaban Nur.