Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Harus Malu?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat malam semua, semoga tulisan ini bisa lebih memotivasi kalian yg mungkin masih merasa malu untuk tampil apa adanya :)

Berawal dari coba-coba posting sebuah forum online Luar Negeri, saya mencoba mengasah kemampuan bahasa Inggris saya, chatting, diskusi bareng merupakan langkah pertama saya untuk mencoba mengasah kemampuan bahasa Inggris saya. Saya merasa minder ketika pertamakali berinteraksi dengan orang luar negeri yang mungkin kemampuan bahasa Inggrisnya jauh diatas saya. Tapi itu tak saya hiraukan, saya fokus kepada bagaimana caranya supaya saya bisa menyampaikan pesan/inti pesan kepada lawan bicara saya diforum. Salahsatu member forum berasal dari Inggris, "wooow" ya kata itulah yang pertama kali saya katakan ketika saya masuk kedalam salahsatu topik diskusi.

Apa yang akan saya tulis pun saya tidak tahu. Grammar ? saya mempelajarinya perlahan-lahan di Internet dan juga di buku-buku yang saya beli. Dengan modal itu saya merasa sedikit ada "pegangan" untuk berbicara/menulis dengan bahasa Inggris. Akhirnya saya menulis apa yang saya ingin katakan didiskusi itu, jam demi jam berlalu dan diskusi pun selesai seiring dengan banyaknya member yang sudah mulai offline.

Keesokan harinya, saya mempraktekan cara menulis bahasa Inggris saya yang sudah agak terbiasa akibat diskusi diforum luar negeri itu. Saya mempraktekkannya di salahsatu forum lokal Indonesia. Saya mulai menulis komentar-komentar dengan bahasa Inggris, namun ketika sore harinya saya mendapati hal yang cukup membuat saya sedih. Ketika saya kembali membuka forum online Indonesia tersebut, cukup kaget dan sedih buat saya ternyata ada salahsatu member/user yang mentertawakan Grammar yang saya pakai pada komentar tersebut. Dia berkata " (dengan emot ketawa) grammarnya pake bahasa dari mana ? kok banyak banget yang aneh (dengan emot ketawa lagi)". Lantas saya berfikir bagaimana saya membalas komentar dari seorang user tersebut. Antara takut ditertawakan lagi dan juga saya ingin menyadarkan user ini bahwa dengan mentertawakannya, ia akan terlihat sombong.

Akhirnya saya membalas komentar tersebut, saya menulis kata-kata seperti ini :

- Maaf untuk kamu yang baru saja mentertawakan saya, saya tahu bahwa penggunaan Grammar dikomentar saya adalah buruk, tidak jelas, dan sangat membuat anda mungkin merasa lucu dan pantas untuk ditertawakan.

- Saya tidak tahu mengapa kamu tertawa seperti itu, padahal saya hanya ingin orang/lawan bicara saya mengerti apa yang saya maksud, tetapi engkau malah mentertawakanku

- Maaf jika memang kemampuan bahasa Inggris kamu sudah ahli, sehingga saya terlihat dungu didepan anda

- Tetapi alangkah indahnya jika kamu tidak menghina orang lain yang kemampuannya berada dibawah kamu

- Alangkah indahnya jika kamu berbagi kemampuan bahasa Inggris kamu kepada orang yang sedang belajar bahasa Inggris

Alhasil dia membalas "maaf kepada kamu yang tadi saya tertawakan, saya tidak mengira bahwa perkataan saya sudah melukai perasaan kamu". Saya tidak menghiraukan apakah dia jago bahasa Inggris atau tidak, tetapi yang saya perhatikan adalah ini adalah salahsatu kondisi yang terjadi pada masyarakat Indonesia, dan terjadi ditengah kita semua. Ketika seseorang berusaha untuk melakukan sesuatu hal yang mungkin baru ia rasakan, tetapi justru orang lain mentertawakan sehingga seringkali kita merasa minder atau mungkin down. Bahkan efek terparahnya adalah TIDAK mau melakukan hal itu lagi, tidak mau mencoba sesuatu yang baru lagi. Ini sungguh ironi ketika seseorang yang seharusnya mendapatkan dukungan, malah ditertawakan atau mungkin dibuat down semangatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline