Sebagai seorang yang hidup di pulau kecil, ruang publik bukan kata yang tepat untuk kami, karena di sana untuk bermain di ruang publik kami harus menyebrang laut pake perahu 1,5 jam agar dapat akses ruang publik di ibu kota kabupaten.
Namun hal tersebut bukan sebagai penghalang untuk kami menjadi bisa. Bisa menjadi pemaian basket, bisa menjadi pemain bola kaki, bisa menjadi pemain futsal, voly dan olahraga lainya. Itu semua karena prinsip dan percaya.
Percaya bahwa tuhan akan memberikan suatu kelebihan dari kekurangan itu.
Banyak orang yang harus kelurkan uang yang tidak sedikit hanya untuk berlibur ke pantai, tapi justru kami menjadikan pantai sebagai ruang publik kami, tepatnya tempat berkumpul dan bermain kami. Bermain bola, bermain apapun itu.
Ini adalah sebuah tolak ukur yang unik, dari hal seperti inilah yang membuat kami tetap percaya diri. Atau masih penasaran tentang ruang publik?
Apakah di sana ada Taman?
"Yh.. Ada." tapi taman yang dimaksud bukan taman seperti dibilang orang pada umumnya. Melainkan perkebunan warga, anak pedesaan pastih tau bagaimana asiknya bermain lari-larian di selah - selah semak, yah dimana pulang membawa sisa alang-alang yang nempel di baju. hal uniknya mau makan buah-buhan itu tidak harus bayar beda yh kalau di kota ini itu harus bayar dulu.
Jadi lebih baik seperti di desa atau di kota? Lah, jujur saya tidak akan bisa menjawab, karena cara pandang tiap orang berbeda-beda terhadap tempat mainya. Yang lebih baik itu adalah nikmati. Jika kita menikmatinya itu akan terlihat baik.
Sama halnya dengan pacaran, kalau menikmati hubungan itu akan baik. Ah, malah bahasnya ke pacar. :) Tapi cocok sih, jika sedikit kita masukin pacaran, kan biasanya taman digunkana para remaja untuk menjalin hubungan, apalagi yang nembak pacarnya di taman, uhhh uncu uncu jadi ke ingat mantan. Heheheheh. Atau? Ah.. Lupakan.
Apa disana tidak ada tempat olahraga multi fungsi yang khusus?
Etss.. Sebelum dijawab tapi tunggu dulu.