Lihat ke Halaman Asli

Kisah Singkat Rumah Panggung

Diperbarui: 21 Maret 2020   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam kuartal pertama pada waktu enam puluh menit, semut-semut merah sudah mulai menggorogoti serpihan gula pasir yang tercecer dari hasil aktivitas seorang pemudi  yang dengan gerakan sembrono menuangkannya tanpa alat bantu bernama sendok, langsung dari sebuah toples yang kira-kira memiliki luas permukaan selebar telapak tangan, dan tinggi sekitar dua puluh centi.

Dan tatkala memasuki dua dasawarsa dalam hitungan enam puluh menit, didapatinya sekumpulan kritikan bersumber dari arah semut-semut merah yang sedang terancam nyawanya oleh satu gerakan pamungkas menyapu rata dampak kecerobohan si pemudi dalam menuangkan gula. 

Tentunya saya tidak berharap pada semut-semut, untuk berbicara bak seorang aktivis lingkungan yang dengan suara lantang mengutuki traktor-traktor besar, atau seperti kisah Nabi Sulaiman dan semut.

Tetapi, suara kritikan itu tak sampai betul pada telinga si pemudi selain hanya sebatas sayup-sayup mengambang di udara, lalu bertabrakan dengan kokokan ayam dan music rock yang tertancap mantab pada telinga lewat headset setelah sepekan hari ia meminjamnya. Sang ayah yang saat itu terbangun, langsung saja menghampiri anak gadisnya lalu menekan tombol pause. 

Si pemudi menatap si ayah yang sedang menggerakkan tangannya, menunjuk ke arah sumber suara dengan gaya monoton yang berulang sebentar. Si gadis yang beranjak dengan beban rasa malas, tak sengaja menyandung segelas kopi yang ia hidangkan untuk dirinya sendiri, lalu tumpah meluap pada permukaan lantai kayu yang berpotensi untuk meresap jatuh melalui kisi-kisi, dan mengenai kasur bawah si kakak yang sedang tertidur.

Demikianlah si pemudi memulai paceklik sosialnya ditengah pandemi yang entah sampai kapan pada sebuah rumah bergaya panggung, yang katanya dahulu digunakan sebagai tempat persembunyian gadis-gadis untuk mengelabui kolonial belanda yang senang menangkapi pemudi seperti si gadis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline