Lihat ke Halaman Asli

Pelangi untuk Si Buta

Diperbarui: 15 April 2021   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Semakin dewasa semakin sadar bahwa yang berat itu bukan rindu akan tetapi restu.

Bagaimana rasanya menjadi pelangi untuk orang yang buta? Tapi nyatanya,ketika matamu bisa melihat. Tugasku sudah selesai,pelangimu baru saja tiba. Tolong jangan lupakan payung yang melindungimu ketika hujan. 

Aku tah berhenti mencintaimu,aku hanya berhenti menunjukannya. Menolak yang datang hanya untuk yang ingin pergi,kelak kau akan merindukanku sebagai sesuatu yang tak kau temui pada orang lain. 

Kenapa aku dulu tak suguhkan secangkir kopi layaknya kepada orang yang bertamu,malah aku suguhkan seonggok hati yang entah kemana dia bawa pergi. Setelah menetap jangan lupa kunjungi aku sebagai teman yang pernah mendamba satu atap bersama. 

"Aku baru sadar titik tertinggi mencintai itu adalah mengikhlaskan dan kebohongan terbesar adalah kalimat yang baru saja aku ucapkan."

Setelah ini aku akan belajar meyakinkan lalat bahwa bunga lebih indah daripada sampah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline