Lihat ke Halaman Asli

Wisata Sejarah di Kotamara Baubau

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski pengerjaan proyek pembangunannya belum kelar, Kotamara saat ini sudah menjadi ruang publik yang ramai dikunjugimasyarakat setiap harinya. Laut yang ditimbun diwilayah Kelurahan Ngnganaumala dan Wameo ini merupakan salah satu icon yang dimiliki oleh pemerintah Kota Baubauyang berada di Propinsi Sulawesi Tenggara. Penamaannya pun tergolong unik, seakan-akandisediakan khusus sebagai media bagi setiap orang untuk dapat melampiaskan emosinya. Saya pun tertarik untukbereksperimen serta menghubungkan nama dan peristiwa yang pernah terjadiditeluk depanKotamara ini. Yakni mengkonsepsikan sejarah terbesar oleh ke dua kubu, pergolakan antara Kesultanan Buton dan Kesultanan Gowa sehingga menimbulkan perang terdasyat yang melibatkan banyak pihak.

Seperti masyarakat pada umumnya, saya selalu menempatkan diri untuk berkunjung menghibur hati disana. Mungkin berbeda dengan para pengunjung lainnya, selain menikmati pemandangan, rekreasi ini terkadang juga berubah menjadiwisata sejarah bagi saya. Memang tidak nampak sedikitpun jejak-jejak sejarah yang terlihat, tetapi sesungguhnya lokasi ini sudah menjadi saksi bisu pertempuran terbesar yang dirasakan oleh Kesultanan Buton. Ketika sayaberada di tempat ini, didalam otak terkadang bekerjamembayangkan kisah yang pernah terjadi di muka teluk Kota Baubau yang posisinya tepat ketika berada di Kotamara. Bunyi kendaraan para pengunjung yang terdengar, sejenak membawa saya untuk membayangkan suara mesin kapal perang armada Gowa yang pernah datang menyerang Buton dikala itu. Ramainyasuarapengunjung juga mengingatkan sebuah teriakanmanusiasaat itu yang penuh dengan amarah hanyauntuk mempertahankan kedudukan daerahnya. Bayangan ilusi tersebut tiada lain ialah sejarah kelam yang terjadi pada tahun 1666, saat Gowa datang menebar angkara murka di Negeri Seribu Benteng.

Sedikit mengulas sejarah, bahwa bukan cuman sekalisajaperna dilakukan penyerangan dari tanah Makassar kepada Buton. Sebenarnyabibit perselisihan itu mulai tumbuhketika Sultan Buton(La Elangi) meneken kontrak kerjasama kepada VOC sebagai simbol persekutuan yang abadi. Kesepakatan ini dikenal atas nama perjanjian Both yang di kukuhkan pada tahun 1613. Latar belakang kesepakatan itu diadakan karena pengaruh hegemoni Kekuasaan yang ada dari tanah Manggasara. Saat ituNegeri tanah daengini sudah berkembang pesat dan memiliki keinginan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah agar dapat dipusatkan disana. Demi menggapai misinya, Kerajaan Makassar sejak awal juga melakukanpolitik perluasan wilayah untuk dapat memuluskan keinginan besarnya tersebut. Beberapa kerajaan didaratan Sulawesi takluk dan tunduk dibawah pengaruh kerajaan Gowa. Atas ancaman itu, Buton lebih memilih bebas dan merdeka untuk bekerjasama denganKompeni, dan tentunya ditanggapi tidak baik oleh Kerajaan di tanah Makassar.

Lanjut cerita, Agresi pertama Kerajaan Gowa terjadi Pada tahun 1626 dan saat itu sempat menduduki sebagian wilayah Kesultanan Buton di daratan pancana/Muna (Schorl, 2003: 26).Hanya saja kondisi itu tidak bertahan lama karena dapat di bebaskan kembali atas bantuan yang datang dari sekutu Buton yakni Ternate dan VOC. Sejak itu hubungan antara Kerajaan Gowa dan Buton mulai renggang. Puncak dari pergolakan ini bertambah ketika suatu saatKerajaan Gowa di jabat oleh Sultan Hasanuddin yang dikenal sangat keras terhadap belanda. Sebelum penyerangan itu terjadi, pada tahun 1663 Ayam Jantan dari timur tersebut berhasil merebut kembali benteng Panakukang yang diduduki oleh Kompeni. Kemenangan itu barangkali membuat semangat dan percaya diri Kerajaan Makassar semakin besar untuk memperluas kembali kekuasaannya di Indonesia timur.

Pergolakan antara Buton dan Makassar semakin memanas ketika SultanHasaanudin mengetahui bahwa saat itu musuhnya Raja Bone (Aru Palaka) beserta beberapa tawanan lainnyalari dan mencari perlindungan di Buton. Sehingga ketika rahasia itu terbongkar bendera perang dikibarkan dan ditujukan kepada Kesultanan Buton. Pada tahun 1666 gencatan senjata terbesar tak terhindarkan antaraKoalisiMakassar-Bima-Portugis melawan Koalisi Buton-Ternate-Bugis-VOC.Lautan di mukateluk Kota Baubau tepatdi hadapan Kotamara inilah, panggung terbesar pertempuran dahsyat melanda Buton, yang kemungkinan tidak banyak diketahui oleh generasi saat ini.

Secangkir Kopi di Kota Mara kembali saya minum untuk memancing daya ingat membayangkan peristiwa itu terjadi. Udara yang terhirupmengantarkan saya akan situasi yang begitu panas terjadi di lautan ini. Situasi ketika api amarah yang membara didalam tubuh setiap prajurit yang bertarung. Matahari seolah enggan keluar karena cahayanya tertutup asap senjata yang membabi buta di udara. Teriakan histeris kesakitan tak dapat di hindarkan bagi siapapun yang terkena sayatan pedang, tombak, dan hantaman percikan meriam yang meledak. Perang itu bagaikan ombak dilautan yang mengamuk, dan menghantam apapun yang berada di sekitarnya.

Akan tetapi setelah memakan waktu yang begitu lama Armada Makassar dibawah komandoKareang Bontomaranu mulai melemah menghadapi perlawanan dari koalisi Kerajaan Buton. Aru Palaka yang mengeluarkan badik dari sarungnyaterlihat bersama barisan Kesultanan Butonmenjadi sinyal bahwa kekalahan akan melanda Kerajaan Gowa. Melihat hal itu, pasukan bugis yang berada di bawah pimpinan Makassar mulai membelot untuk membantu Rajanya yang sangat berpengaruh itu. Pasukan Bugis yang tadinya bersama rombongan Makassar malah membelot dan bergabung bersama Rajanya Aru Palaka membantu Buton. Karaeng Bontomaranu komandan pasukan agresi armada Makassar ini pun di pukul mundur, dan prajuritnya yang tak sempat melarikan diri menjadi tawanan perang yang di asingkan di Liwutongkidi sebuah pulau tepat di depan Kota Baubau. Sesunggunya kekalahan itu telah meruntuhkan pengaruh Kerajaan Gowa di wilayah timur Indonesia.

Begitulah sejenak peristiwa sejarah yang dapat di renungkan ketika berada di tempat ini. Kita disajikan dengan nuansa pantai dan serta suara deburan ombak yang mengiringi pengunjung memanjakan setiap pengunjung.Masjid Islamic Centre berdiri megah sangat tepat di bangun di area Kotamara, sebab mempertambah keindahan lokasinya karena memberi kesan akan kedamaian. Semoga setiap alunan ayat suci dan adzan yang dikumandangkan dari masjid itu dapat mengantarkan dengan tenang bagi siapa pun jiwa yang hilang dari pertempuran itu. Saya pun berkesimpulan, kemungkinan pemberian nama Kotamara ini akibat dari sebuah kisah yang pernah terjadi disini. Tempat dikala ribuan manusia hadir dengan penuh amarah melawan maut demi mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya.

Baubau 26 Maret 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline