Aku menikmati deru 'tut...tut...tut' kereta, kemudian aku teringat akan sebuah cerita. Cerita yang selama ini ada di otak dan belum sempat kutuliskan. Tentang puncak dan kekasih.
Sepasang kekasih telah berjanji ingin mendaki sebuah gunung tinggi hingga puncaknya, berdua. Mereka hanya ingin mendaki berdua.
Menempel di badan mereka baju couple berwarna hitam. Dua-duanya di cetak sama, hanya saja ukuranya berbeda.
Di pos awal pendakian mereka saling bertukar canda, tawa. Mereka bahagia, berdua.
Memasuki jalan setapak, sang pria bertanya,
"Kamu capai sayang?"
"Tidak, aku masih kuat," jawab wanitanya
Sampai di sebuah danau indah, sang pria mendirikan tenda sedang wanitanya mengambil air untuk di minum.
"Hai!" ucap pria ber-flanel merah dari belakang.
"Hai!, kau ingin menuju puncak juga?" sang wanita menoleh, padahal tak menggenalnya.
"Iya, mari ikutlah denganku agar kau lebih cepat menuju puncak," iming pria ber-flanel merah.
Tenda sudah berdiri dengan rapi, pria berkaos hitam itu merapatkan pasak-pasak tenda, "Agar lebih kuat," pikirnya.., "seperti rasaku padanya yang menghujam begitu kuat."
Ia baru menyadari, wanitanya tak ada sedari tadi, mustinya menggambil air hanya urusan sebentar. Mengisi botol lalu menutupnya kembali setelah air penuh terisi.
Sepatu pendakian murahan miliknya menyusuri sekitar danau, tapi tetap saja, wanitanya tak ada.
Was-was. Ia berlari meminta bantuan, "Barangkali ada yang ingin membantu," pikirnya