Lihat ke Halaman Asli

Syahrial

TERVERIFIKASI

Guru Madya

Kaca Pecah

Diperbarui: 14 Januari 2025   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : Meta AI 

Pagi itu, mentari menyusup lembut melalui jendela rumah kayu sederhana di tepi desa. Sutipa tersenyum kecil melihat Rihen, putranya yang berusia lima tahun, berlari ke dapur sambil memanggil nama ayahnya. Suaminya, Juno, duduk di kursi rotan, menyeruput kopi sambil membaca koran. Kehangatan itu terasa nyata, seperti mimpi yang Sutipa takutkan akan sirna.

"Ayo, Nak. Setelah ini kita pergi memancing," ujar Juno sambil mengusap kepala Rihen.

Sutipa tertawa kecil. "Aku akan memasak gangan malam ini. Jadi pastikan tangkapanmu bagus."

Hari itu dimulai seperti biasa. Juno mengantar pesanan kayu ke kota, sementara Sutipa sibuk di kebun, menyiangi rumput liar yang tumbuh subur di antara tanamannya. Namun, menjelang sore, sebuah ketukan di pintu rumah mereka memecah rutinitas itu. Tetangga mereka berdiri di depan pintu dengan wajah tegang.

"Juno... dia mengalami kecelakaan di jalan utama," katanya dengan suara berat.

Sutipa tertegun. Tubuhnya gemetar saat ia berlari ke puskesmas. Di sana, di ruang dingin yang penuh keheningan, ia menyaksikan dunia yang selama ini ia kenal runtuh. Juno telah pergi, meninggalkan Sutipa dan Rihen dengan kekosongan yang menyesakkan.

Di sudut puskesmas, matanya tertuju pada cermin kecil di dinding yang retak. Ia menatap bayangannya yang kusut dan matanya yang basah. "Seperti ini rasanya... hidup yang pecah," pikirnya.

Minggu-minggu pertama setelah kepergian Juno terasa seperti kabut tebal yang tak kunjung sirna. Sutipa tenggelam dalam rutinitas kosong. Kebun yang dulu menjadi pelariannya kini terbengkalai. Rihen sering bertanya, "Kenapa Ayah tidak pulang, Bu?" Sutipa hanya bisa memeluknya erat, mencoba menahan air mata yang mengalir diam-diam.

Bisikan tetangga mulai terdengar, seperti jarum-jarum kecil yang menusuk telinganya. "Bagaimana Sutipa akan bertahan tanpa Juno? Dia hanya ibu rumah tangga."

Namun, di tengah segala tekanan itu, sahabatnya, Dayang, tak pernah absen mengunjunginya setiap dua hari. Ia datang membawa makanan, mengajak Rihen bermain, atau sekadar duduk diam menemani Sutipa yang tenggelam dalam kesedihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline