Lihat ke Halaman Asli

Syahrial

TERVERIFIKASI

Guru Madya

PembaTIK: Langkah Maju Menuju Revolusi Pendidikan Digital Indonesia

Diperbarui: 12 Agustus 2024   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen kominfo.pekalongankota.go.id

Dunia terus bergerak maju dengan akselerasi teknologi yang tak terbendung. Di tengah arus perubahan ini, pendidikan Indonesia tak boleh tertinggal. Program PembaTIK (Pembelajaran Berbasis TIK) yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan mendesak akan transformasi digital dalam dunia pendidikan kita. Namun, apakah program ini benar-benar dapat menjadi katalis perubahan yang kita harapkan?

Secara konsep, PembaTIK menawarkan visi yang menjanjikan. Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memang sudah seharusnya menjadi prioritas. Pendekatan bertingkat yang ditawarkan, mulai dari level literasi hingga berbagi dan berkolaborasi, mencerminkan pemahaman bahwa transformasi digital bukanlah proses instan, melainkan perjalanan bertahap yang membutuhkan kesabaran dan konsistensi.

Namun, kita perlu bersikap kritis. Apakah pelatihan semata cukup untuk mengubah paradigma dan praktik mengajar yang telah mengakar selama bertahun-tahun? Bagaimana dengan infrastruktur teknologi di daerah-daerah terpencil yang masih minim? Tanpa dukungan hardware dan konektivitas yang memadai, peningkatan kompetensi digital guru bisa jadi hanya menjadi wacana tanpa implementasi nyata.

Di sisi lain, inklusivitas program ini patut diapresiasi. Membuka kesempatan bagi guru honorer dan tenaga kependidikan untuk berpartisipasi adalah langkah bijak dalam membangun ekosistem pendidikan digital yang menyeluruh. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjangkau seluruh elemen pendidik, tidak hanya mereka yang berstatus PNS atau berada di sekolah-sekolah unggulan.

Konsep Duta Teknologi juga menarik untuk dicermati. Pendekatan peer-to-peer dalam penyebaran praktik baik pemanfaatan teknologi berpotensi menciptakan efek riak yang signifikan. Namun, perlu ada mekanisme yang jelas untuk memastikan bahwa para Duta Teknologi ini tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga memiliki kemampuan pedagogis yang mumpuni dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran.

Pertanyaan krusial lainnya adalah: sejauh mana program ini sejalan dengan visi besar Kurikulum Merdeka? Pemanfaatan teknologi seharusnya bukan sekadar alat, melainkan katalis untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, kontekstual, dan berpusat pada siswa. PembaTIK harus bisa memastikan bahwa peningkatan kompetensi digital guru berjalan selaras dengan prinsip-prinsip pembelajaran aktif dan kolaboratif yang diusung Kurikulum Merdeka.

Tak kalah pentingnya adalah aspek keberlanjutan. Program pelatihan seringkali terjebak dalam siklus 'pelatihan-lupa-pelatihan lagi'. PembaTIK perlu memiliki mekanisme pendampingan jangka panjang dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan bahwa keterampilan yang diperoleh benar-benar terimplementasi dan berkembang seiring waktu.

Terlepas dari berbagai catatan kritis di atas, PembaTIK tetap merupakan langkah berani dan diperlukan dalam upaya digitalisasi pendidikan Indonesia. Ini adalah pengakuan eksplisit bahwa guru, sebagai ujung tombak pendidikan, harus dibekali dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi tantangan era digital.

Namun, kesuksesan program ini tak bisa hanya bertumpu pada pundak pemerintah semata. Dibutuhkan kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan - mulai dari pemerintah daerah, manajemen sekolah, hingga orangtua dan masyarakat. Hanya dengan sinergi yang kuat, visi pendidikan digital yang inklusif dan berkualitas bisa terwujud.

PembaTIK bukan obat mujarab yang akan menyelesaikan seluruh tantangan pendidikan Indonesia dalam semalam. Ia adalah langkah awal yang penting dalam perjalanan panjang transformasi digital pendidikan kita. Kini, tantangannya adalah memastikan bahwa momentum ini tidak hilang, dan bahwa setiap langkah ke depan membawa kita semakin dekat pada visi pendidikan Indonesia yang merdeka, adaptif, dan siap menghadapi masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline