Lihat ke Halaman Asli

Syahrial

TERVERIFIKASI

Guru Madya

Mendidik Generasi Shalih, Investasi Terbaik di Era Materialistis

Diperbarui: 15 Juli 2024   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Kompas 


Dalam era modern yang semakin materialistis, banyak orangtua yang terjebak dalam paradigma bahwa kesuksesan anak diukur dari pencapaian finansial semata. Namun, benarkah kekayaan harus menjadi tujuan utama dalam mendidik anak? Artikel ini akan membahas tujuan utama mendidik anak seharusnya adalah untuk menjadikan mereka shalih, bukan semata-mata untuk menjadi kaya raya.

Pertama-tama, kita perlu memahami makna keshalihan dalam konteks pendidikan anak. Shalih berarti memiliki keimanan yang kuat, akhlak yang mulia, dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral. Seorang anak yang shalih tidak hanya memiliki hubungan yang baik dengan Tuhannya, tetapi juga dengan sesama manusia dan lingkungannya.

Mengapa keshalihan harus menjadi prioritas utama dalam mendidik anak? Berikut beberapa argumen yang mendukung pernyataan ini:

1. Keimanan tidak dijamin, sementara rezeki sudah dijamin oleh Allah
   
Dalam ajaran Islam, Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Hud ayat 6, "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya." Ini menunjukkan bahwa rezeki, termasuk kekayaan material, sudah dijamin oleh Allah untuk setiap makhluk-Nya.

Di sisi lain, keimanan dan keshalihan tidak dijamin secara otomatis. Keimanan adalah sesuatu yang harus diupayakan, dipelihara, dan ditingkatkan sepanjang hidup. Tanpa pendidikan dan bimbingan yang tepat, seorang anak bisa saja tumbuh tanpa memiliki keimanan yang kuat atau akhlak yang baik.

2. Keshalihan sebagai fondasi kehidupan yang kokoh
   
Mendidik anak menjadi shalih berarti membekali mereka dengan fondasi moral dan spiritual yang kokoh. Fondasi ini akan menjadi pegangan mereka dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, termasuk godaan harta dan kekuasaan. Seorang anak yang shalih akan memiliki filter internal yang membantunya membedakan antara yang baik dan buruk, yang halal dan haram.

Sebaliknya, jika kekayaan menjadi tujuan utama, ada risiko anak tumbuh dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai kekayaan tersebut. Ini bisa mengarah pada perilaku tidak etis, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain demi keuntungan pribadi.

3. Keshalihan membawa kebahagiaan sejati
   
Kekayaan material memang bisa memberi kenyamanan dan kemudahan hidup, tetapi tidak menjamin kebahagiaan sejati. Banyak orang kaya yang hidupnya hampa dan tidak bahagia. Sebaliknya, keshalihan membawa kedamaian batin dan kebahagiaan yang tidak bergantung pada faktor eksternal.

Anak yang dididik untuk menjadi shalih akan memiliki kecerdasan spiritual yang memungkinkannya menemukan makna dan tujuan hidup yang lebih tinggi. Mereka akan memahami bahwa kehidupan bukan hanya tentang mengumpulkan harta, tetapi juga tentang memberi manfaat bagi sesama dan mencari ridha Allah.

4. Keshalihan sebagai investasi jangka panjang
   
Mendidik anak menjadi shalih adalah investasi jangka panjang yang manfaatnya akan terus mengalir bahkan setelah orang tua tiada. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah bersabda bahwa ada tiga hal yang pahalanya akan terus mengalir setelah seseorang meninggal, salah satunya adalah anak yang shalih yang mendoakan orangtuanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline