Lihat ke Halaman Asli

Syahrial

TERVERIFIKASI

Guru Madya

Menerima Ketetapan Allah dengan Lapang Dada

Diperbarui: 24 Juni 2024   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen acehTrend.com

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai ujian dan cobaan. Salah satu contohnya adalah kasus seorang pegawai yang mengalami masalah dengan presensi elektroniknya. Meskipun ia telah melakukan presensi sebelum batas akhir, ternyata sistem tidak merekam kehadirannya. Akibatnya, ia terancam pemotongan tunjangan kinerja yang sangat ia harapkan. 

Reaksi pegawai tersebut terhadap situasi ini sangat menarik untuk dibahas. Ia membuat status di WhatsApp yang menyatakan bahwa ia tidak akan terima di dunia dan akhirat jika tunjangannya terpotong. Pernyataan ini mencerminkan kekecewaan dan kemarahan yang mendalam. Namun, sebagai seorang Muslim, kita perlu memahami bahwa sikap seperti ini bertentangan dengan ajaran Islam tentang qada dan qadar.

Qada dan qadar merupakan salah satu rukun iman yang wajib kita yakini sebagai Muslim. Qada adalah ketetapan Allah yang telah ditentukan sejak azali, sedangkan qadar adalah perwujudan dari ketetapan tersebut. 

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghabun: 11)

Ayat ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik itu kebaikan maupun musibah, terjadi atas izin Allah. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan atau di luar pengetahuan-Nya. Oleh karena itu, sikap yang tepat ketika menghadapi masalah seperti yang dialami pegawai tersebut adalah menerima dengan lapang dada dan berusaha mencari hikmah di baliknya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:"Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin, semua urusannya baik baginya. Hal itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka itu baik baginya." (HR. Muslim)

Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai situasi. Ketika mendapat kesenangan, kita harus bersyukur. Ketika ditimpa kesusahan, kita harus bersabar. Kedua sikap ini akan membawa kebaikan bagi kita.

Dalam kasus pegawai tersebut, alih-alih membuat status yang menunjukkan ketidakrelaan, seharusnya ia bersabar dan mencari solusi dengan cara yang lebih bijaksana. Misalnya, ia bisa melaporkan masalah tersebut kepada atasan atau bagian kepegawaian dan menjelaskan situasinya dengan tenang. Dengan pendekatan yang lebih positif, kemungkinan masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik.

Lebih jauh lagi, kita perlu memahami bahwa rezeki sudah ditetapkan oleh Allah. Tunjangan kinerja, jika diibaratkan sebagai rezeki, nominalnya sudah Allah tetapkan. Allah berfirman:"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS. Hud: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah telah menjamin rezeki bagi seluruh makhluk-Nya, termasuk manusia. Jika kita benar-benar memahami dan meyakini hal ini, maka kita akan merasa tenang menghadapi berbagai situasi yang berkaitan dengan rezeki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline