Saat Lebaran tiba, ketupat menjadi salah satu hidangan wajib untuk dinikmati. Namun, tradisi merajut dan menganyam ketupat ini kian tergerus zaman, terutama di kalangan generasi muda. Semakin sedikit anak-anak muda yang memiliki keterampilan dalam membuat ketupat. Fenomena ini patut disayangkan, mengingat ketupat merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Generasi Muda dan Pergeseran Gaya Hidup
Faktor utama yang menyebabkan semakin sedikitnya generasi muda yang pandai membuat ketupat adalah pergeseran gaya hidup. Bagi kebanyakan remaja dan anak muda saat ini, menghabiskan waktu untuk belajar merajut ketupat dianggap sebagai kegiatan yang kuno dan tidak menarik. Mereka lebih tertarik pada aktivitas modern seperti bermain gawai, bermain game online, atau menghabiskan waktu di media sosial.
Selain itu, proses pembuatan ketupat yang rumit dan membutuhkan kesabaran tinggi juga menjadi kendala tersendiri bagi generasi muda yang cenderung menginginkan segala sesuatu serba instan. Mereka enggan meluangkan waktu untuk mempelajari teknik merajut daun kelapa atau janur yang membutuhkan ketelatenan dan keterampilan khusus.
Kurangnya Regenerasi dan Pewarisan Budaya
Semakin sedikitnya generasi muda yang pandai membuat ketupat juga disebabkan oleh kurangnya regenerasi dan pewarisan budaya dari generasi terdahulu. Dahulu, keterampilan merajut ketupat diturunkan secara turun-temurun dari ibu ke anak perempuan. Namun, saat ini, banyak ibu yang lebih memilih untuk membeli ketupat jadi daripada mengajarkan cara membuatnya kepada anak-anak mereka.
Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan budaya lokal juga turut berperan dalam menyebabkan semakin terpinggirkannya tradisi membuat ketupat. Masyarakat cenderung menganggap bahwa tradisi ini sudah ketinggalan zaman dan kurang relevan dengan kehidupan modern.
Dampak Terhadap Warisan Budaya
Semakin sedikitnya generasi muda yang pandai membuat ketupat membawa dampak negatif terhadap kelestarian warisan budaya kita. Ketupat bukan hanya sekedar makanan tradisional, tetapi juga merupakan simbol persatuan, kebersamaan, dan kearifan lokal yang telah menjadi bagian dari identitas bangsa Indonesia.
Jika keterampilan membuat ketupat tidak dilestarikan, maka warisan budaya ini akan semakin terpinggirkan dan akhirnya punah. Hal ini tentunya akan mengikis kekayaan budaya Indonesia yang beragam dan menjadi kerugian besar bagi generasi mendatang yang tidak dapat merasakan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi membuat ketupat.