"Hanya dengan cinta dan perhatian, kita dapat mengubah dan menyembuhkan dunia."
Kekerasan terhadap anak, khususnya di lingkungan pendidikan, masih menjadi momok yang menghantui. Berbagai kasus kekerasan, mulai dari bullying, kekerasan fisik, hingga pelecehan seksual, terus terjadi meski telah berulang kali dikecam. Ironisnya, kekerasan terhadap anak kerap disebut sebagai salah satu dosa besar dalam dunia pendidikan, namun nyatanya hal tersebut masih marak terjadi.
Mengapa kekerasan pada anak masih saja terulang meski peserta didik silih berganti? Apakah gerakan anti-kekerasan di sekolah belum cukup massif? Ataukah pemahaman mengenai bahaya kekerasan pada anak masih minim? Pertanyaan-pertanyaan tersebut patut kita renungkan bersama.
Seringkali kita menuding jari, mencari pihak yang pantas disalahkan atas kekerasan pada anak di lingkungan sekolah. Apakah anak-anak pelakunya yang kurang pengertian? Apakah guru yang lalai mengawasi? Ataukah orangtua yang kurang memberi pengertian pada anak? Penudingan seperti itu tidak akan menyelesaikan akar persoalan.
Yang perlu disadari, kekerasan pada anak di sekolah merupakan tanggung jawab kita bersama. Kita perlu refleksi dan berkaca, apa yang kurang dari upaya pencegahan yang selama ini telah dilakukan. Apakah sosialisasi dan edukasi kepada siswa terkait bahaya bullying dan kekerasan belum optimal? Apakah guru kurang tegas menindak tegas pelaku kekerasan? Apakah orangtua belum cukup membangun komunikasi yang baik dengan anak?
Kita perlu evaluasi menyeluruh terhadap sistem pencegahan kekerasan yang selama ini diterapkan di sekolah-sekolah. Apakah pendekatan yang selama ini digunakan sudah tepat dan efektif? Apakah pendidikan karakter sudah menyentuh aspek-aspek kunci, seperti empati, kepekaan sosial, hingga keterampilan mengelola emosi? Ataukah masih perlu penguatan di sana-sini?
Demikian pula, perlu ditelaah apakah pemahaman guru mengenai cara mencegah, mendeteksi, dan menangani kasus kekerasan sudah memadai. Apakah guru sudah dibekali keterampilan untuk mengenali tanda-tanda awal perilaku bullying, sehingga dapat segera bertindak? Apakah guru sudah dilatih cara penanganan kasus kekerasan yang tepat, sesuai dengan prinsip perlindungan terbaik untuk anak?
Di sisi lain, peran orang tua juga sangat penting. Orang tua perlu memahami dinamika kehidupan anak di sekolah dan waspada terhadap tanda-tanda bullying atau kekerasan. Orang Tua juga harus terus membangun komunikasi terbuka dengan anak, sehingga anak merasa nyaman bercerita jika mengalami atau menyaksikan kekerasan di sekolah.
Semua pihak harus duduk bersama, menggali akar masalah, dan berupaya lebih keras lagi untuk mencegah kekerasan terulang. Sekolah perlu memastikan seluruh warganya -guru, siswa, hingga orang tua- memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya menjaga lingkungan pendidikan dari kekerasan. Sekolah juga perlu menerapkan sistem pencegahan dan penanganan kekerasan yang jelas dan tegas.