Lihat ke Halaman Asli

#Save Mangrove Save Pesisir

Diperbarui: 2 Juni 2022   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

beritabaru.co

"Nenek moyangku seorang pelaut, Gemar mengarung luas samudra, Menerjang ombak tiada takut, Menempuh badai sudah biasa." Kita tidaklah lupa dengan lagu ini yang mana di jelaskan bawa nenek moyang kita seorang pelaut, yang mana sudah terlihat jelas bahwa dari dulu indonesia memanglah dijuluki sebagai negara kepulauan yang mana menjadikan pesisir menjadi wilayah yang sangat dominan untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, 

aktivitas sosial dan ekonomi karena ketersediaan faktor sumber daya alamnya. Akan tetapi dengan demikian  semakin banyaknya aktivitas manusia maka permasalahan terkait pesisir menjadi semakin kompleks dan memiliki potensi konflik yang tentunya berimbas kepada masalah kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan..

Mangrove sebagai tembok pelindung alami bagi pesisir

Kata mangrove berasal dari kata mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan, dengan grove berasal dari bahasa Inggris yang berarti belukar. Dalam literatur lainnya disebutkan istilah mangrove berasal dari kata mangi-mangi (bahasa Melayu Kuno).

Tumbuhan ini hidup di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Ekosistem mangrove ini bisa hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi.

Kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir berfungsi sebagai pertahanan alami (natural defend) atau sebagai imunitas alami terhadap potensi kerusakan yang mungkin terjadi di daerah pesisir seperti abrasi pantai. Selain itu, hutan mangrove memiliki fungsi untuk menyerap semua kotoran yang berasal dari sampah manusia maupun kapal yang berlayar di laut, menyerap semua jenis logam berbahaya dan membuat kualitas air menjadi lebih bersih. 

Mangrove juga merupakan tempat hidup beberapa fauna seperti jenis kepiting dan ikan baik itu tinggal secara permanen atau sementara (transit) sebelum berpindah menuju laut dan beberapa jenis burung, yang tentunya dapat dijadikan objek pariwisata karena menawarkan keindahan alamnya.

Sebagai konsekuensi dari berkurangnya kawasan hutan mangrove di wilayah pesisir akan menyebabkan hilangnya imunitas alami dari wilayah tersebut. Hal ini berpotensi menimbulkan kerusakan wilayah pesisir yang lebih besar lagi di masa yang akan datang.

Kita bisa melihat dari contoh berita yang lansir di merdeka.com dimana di seluruh Pantai Bali telah mengalami abrasi atau pemunduran garis pantai. Namun, yang kian parah terjadi abrasi di bagian pesisir pantai bagian selatan Bali.
Made Denny Setya Wijaya selaku Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) BWS Bali-Penida menerangkan, abrasi yang terjadi di bagian selatan mulai dari garis pantai Kabupaten Klungkung, Gianyar, Denpasar, Badung, Tabanan serta Jembrana, Bali.

Sementara, indikasi pantai bisa disebut parah terkena abrasi, bila dulunya di kawasan pantai itu ada pepohonan serta bangunan yang tak terkena hempasan gelombang air laut, kini sudah terdampak gelombang laut. Selain itu, bila terus dibiarkan akan berbahaya bagi kawasan tersebut. Oleh karena itu kita harus bisa menjaga pesisir dengan melestarikan mangrove.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline