Dizaman sekarang kita sering menemukan orang yang berpacaran / berpasangan, bahkan orang orang menganggap pacaran itu sebagian dari kehidupan. Namun, tidak jarang kita mendengar istilah "pacaran bisa bikin gila". Apa sebenarnya arti kalimat ini? Apakah pacaran dapat membuat seseorang tidak rasional atau kehilangan kendali? Yuk kita bahas lebih jauh, terutama dari sudut pandang Islam.
Tentunya islam melarang umatnya untuk berpacaran/ mendekati hal hal yang buruk.
"Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 168).
Ayat ini mengingatkan kita untuk menjaga diri dari godaan nafsu dan emosi yang berlebihan yang bisa membawa kita ke perilaku yang tidak sehat. Biasanya orang yang sedang jatuh cinta/ berpacaran, mereka mengeluarkan berbagai hormon yang mempengaruhi perasaan dan emosi yang bisa membuat seseorang bersemangat, semangat, sedih bahkan tergila gila.
Dengan hormon yang mempengaruhi perasaan sessorang, pacaran dapat bergantung dengan hubungan seseorang, jika hubungannya yang dilakukan baik maka bisa menimbulkan perasaan bahagia maupun senang, tetapi sebaliknya. Jika ada suatu masalah dalam hubungan atau sedang berada di hubungan yang toxic, ini bisa membuat perasaan seseorang menjadi cemas, marah dan tak stabil.
Padahal dalam Islam kita diajarkan untuk meletakkan ketergantungan kita hanya kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
"Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah." (HR. Tirmidzi)
Biasanya orang yang berpacaran lebih sering merasakan cemburu yang tak wajar terhadap pasangannya, cemburu bisa membuat seseorang merasa terlalu cemas atau terancam akan kehilangan pasangan bisa menjadi posesif, agresif, dan mengendalikan.
Padahal dalam Islam mengajarkan kita untuk menjaga hati dan perasaan agar tetap dalam batasan yang wajar. Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak ada cemburu yang lebih besar daripada cemburu Allah, yang telah mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi." (HR. Bukhari).