Halo sobat pembaca
Ngerasa ga? Di umur 20 hingga 30an itu adalah masa masa sulit, iya masa masa dimana kita sedang memikirkan masa depan, asmara dan membandingkan pencapaian diri kita kepada orang lain.
Dalam fase yang sedang meranjak dewasa ini suka memiliki banyak kekhawatiran, pikiran, ngerasa labil, ga punya pendirian, dan hal hal yang membuat kita ga percaya pada diri sendiri.
Apakah hal seperti itu wajar di alami oleh anak yang sedang meranjak dewasa?. Ya hal itu wajar dialami oleh setiap anak muda. Itu dinamakan Quarter-life Crisis, itu adalah istilah dalam ilmu psikologi.
Lalu apakah Quarter-life Crisis dapat mempengaruhi Mental Health anak muda? Jawabannya Ya, gejala Quarter-life Crisis dapat mempengaruhi mental health anak muda. Memang yah saat kita meranjak dewasa banyak banget tantangan tantangan yang melatih mental healt anak muda.
Dikutip dari tv.umn.ac.id, istilah Quarter-life Crisis ini tidak termasuk dalam DIAGNOSTIC AND STATISTIC MANUAL OF MENTAL DISORDERS (DSM). DSM merupakan panduan yang di pakai oleh dokter dan psikiater untuk mendiagnosis penyakit kejiwaan, walau Quarter-life Crisis tidak tergolong gangguan mental tetapi gejala yang di timbulkan dapat mengkhawatirkan mental individu.
Pas banget nih... Karna sekarang banyak anak muda yang membahas Quarter-life Crisis, dan tidak sedikit anak muda yang mengalami hal ini.
Aku akan bahas bagaimana Quarter-life Crisis dapat mempengaruhi mental health anak muda. Mungkin beberapa orang belum mengetahui apa itu Quarter-life Crisis.
Quarter-life Crisis adalah suatu tekanan yang dialami anak muda berusia 20-an hingga 30 thn yang mengalami perasaan kebingungan, kekhawatiran tentang masa depan, ketidakpastian, tujuan hidup serta mencari identitas jati diri.
Quarter-life crisis pada umumnya terjadi pada usia 25tahun ke atas, biasanya masa masa remaja sebelum umur 25 tahun keatas itu disebut dengan krisis identitas, yaitu masa masa remaja atau anak muda sedang menemukan identitas jati dirinya.