Di era digitalisasi, kemajuan teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, mulai dari komunikasi, pekerjaan, hingga cara berbelanja. Perkembangan ini membawa dampak positif yang besar, seperti efisiensi yang meningkat dalam proses bisnis, akses yang lebih mudah ke informasi, serta terbukanya peluang kerja baru di sektor teknologi dan layanan digital.
Teknologi digital juga telah membuka jalan bagi inovasi di bidang pendidikan dan kesehatan, dengan pendidikan jarak jauh dan layanan kesehatan digital yang mempermudah akses di daerah terpencil.
Namun, di balik semua kemajuan ini, terdapat tantangan yang semakin mendesak untuk dipertimbangkan. Ketergantungan berlebih pada teknologi digital menimbulkan masalah baru, seperti kelelahan digital, isolasi sosial, dan dampak negatif terhadap kesehatan mental, terutama bagi generasi muda yang tumbuh di era digital.
Selain itu, dampak lingkungan akibat konsumsi energi yang tinggi dari pusat data dan limbah elektronik semakin mengkhawatirkan. Emisi karbon dari sektor teknologi informasi telah menjadi kontributor signifikan terhadap perubahan iklim, yang ironisnya mengancam keberlanjutan hidup di planet ini.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah peradaban manusia akan lebih baik jika era digitalisasi ini berakhir, ataukah kita akan mengalami kemunduran besar dalam produktivitas dan inovasi?
Apakah kembali ke kehidupan yang lebih sederhana dan lebih terhubung secara langsung akan memperbaiki kualitas hidup kita, atau justru menghilangkan peluang yang telah tercipta melalui teknologi?
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar dari diskusi yang semakin relevan saat kita meninjau peran teknologi dalam kehidupan dan dampaknya terhadap masa depan manusia dan lingkungan.
Kelelahan Digital dan Dampak Psikososial: Fenomena yang Nyata
Digitalisasi, meskipun menghadirkan kenyamanan dan aksesibilitas yang belum pernah ada sebelumnya, juga telah memunculkan fenomena baru berupa kelelahan digital atau digital fatigue. Menurut studi yang dilakukan oleh Global Digital Wellbeing, sebanyak 36% pengguna internet global melaporkan merasa kewalahan dengan penggunaan media digital.
Hal ini bukan hanya sekadar masalah teknis, tetapi juga menyangkut kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis pengguna. Kondisi ini diperparah dengan semakin banyaknya perangkat dan aplikasi yang secara aktif berusaha menarik perhatian pengguna, mulai dari pemberitahuan konstan, algoritma yang mendorong keterlibatan lebih lama, hingga platform sosial yang mengondisikan interaksi serba instan.
Laporan dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa penggunaan perangkat digital secara berlebihan dapat menimbulkan risiko kesehatan mental yang serius. Di antaranya, kelelahan digital dapat memicu kecemasan, depresi, dan gangguan tidur akibat paparan layar yang terlalu intens.