Lihat ke Halaman Asli

Syahldi Putra Satrio

Mahasiswa Psikologi UB

Sleep Apnea

Diperbarui: 26 November 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pernahkah kamu saat bangun tidur merasakan mulut kering atau sakit tenggorokan? Atau mungkin bangun mendadak dan sesak nafas? Jika kamu merasakan hal demikian, mungkin saja kamu mengalami Sleep Apnea. Apa sih Sleep Apnea itu? Sleep Apnea merupakan gangguan tidur yang bisa menyebabkan napas berhenti sejenak selama kita tidur. Hal ini dapat terjadi berulang kali. Kondisi ini dapat membahayakan tubuh kita karena kita akan kekurangan oksigen serta mempengaruhi kualitas tidur kita. Sleep Apnea ini termasuk kedalam salah satu gangguan yang masih belum mendapat perhatian di dunia kesehatan karena masyarakat masih menganggap remeh gejala-gejalanya.  Beberapa gejala yang dialami yaitu dapat berupa :

  • Berhenti bernapas selama beberapa kali saat tidur
  • Mulut kering saat bangun tidur
  • Napas terengah-engah saat tidur
  • Mendengkur dengan keras
  • Penurunan konsentrasi
  • Sakit kepala saat bangun tidur
  • Rasa kantuk di siang hari
  • Bangun mendadak dan sesak napas

Sleep Apnea ini bisa terjadi pada siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi orang yang lebih berisiko terkena Sleep Apnea ini yaitu :

  • Laki-laki
  • Perokok
  • Lansia
  • Pecandu alkohol
  • Obesitas
  • Memiliki amandel

Menurut data WHO, proporsi kejadian Sleep Apnea ini sebanyak 1-6% pada orang dewasa yang mengalami gangguan napas saat tidur. Dengan perbandingan (laki-laki) 2:1 (perempuan).

Ada berbagai cara di mana Sleep Apnea dapat didiagnosis. Namun, kriteria yang mendorong kecurigaan klinis bahwa sleep apnea mungkin adanya harus ditangani terlebih dahulu. Setelah kecurigaan Sleep Apnea cukup untuk menegakkan diagnosis lebih lanjut, pendekatan yang paling umum dan mungkin hemat biaya adalah studi split-night di laboratorium. Selama 2 sampai 4 jam pertama penelitian, pasien hanya dimonitor untuk gangguan pernapasan saat tidur. Jika ditemukan lebih dari 20 apnea + hipopnea per jam, nasal-CPAP akan dimulai dan dititrasi ke tingkat yang diperlukan untuk menghilangkan semua gangguan pernapasan, dengkuran, dan keterbatasan aliran. Oleh karena itu, jenis penelitian ini dapat digunakan untuk mendiagnosis Sleep Apnea dan menentukan tekanan CPAP yang sesuai. Pendekatan lain, seperti diagnostik semalam penuh dan titrasi CPAP semalaman, atau sejumlah metodologi diagnostik rumahan saat ini digunakan. Pendekatan diagnostik di rumah bervariasi dari teknik yang sederhana seperti oksimetri hingga polisomnografi.

Hal apa yang harus kita lakukan apabila menderita Sleep Apnea? Sebenarnya untuk pengobatan Sleep Apnea itu tergantung dengan kondisi penderita dan tingkat keparahannya. Berikut beberapa pengobatan untuk Sleep Apnea :

  • Pendekatan Perilaku

Sejumlah pendekatan perilaku tersedia untuk mengobati Sleep Apnea. Ini termasuk menghindari alkohol dan obat penenang menjelang waktu tidur karena hal ini cenderung memperburuk apnea. Menghindari tidur terlentang mungkin diperlukan pada beberapa pasien, terutama mereka yang menderita apnea ringan. Penurunan berat badan juga akan memperbaiki atau menghilangkan apnea pada hampir semua pasien.

  • Nasal-CPAP

CPAP efektif pada hampir semua pasien dan bila digunakan secara konsisten dapat membalikkan atau secara substansial mengurangi kantuk subjektif dan objektif yang terkait dengan Sleep Apnea. Kualitas hidup juga umumnya membaik, seperti halnya tekanan darah jika ada hipertensi. Terapi ini berfungsi untuk menyalurkan oksigen melalui selang dan masker oksigen ke saluran pernapasan.

  • Palatal Surgery

Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP) telah ada selama hampir 25 tahun, dengan sebagian besar data menunjukkan tingkat keberhasilan sekitar 42%. Beberapa operasi palatal yang lebih rendah kemudian muncul pertama, uvuloplasty dengan bantuan laser dan kemudian somnoplasty. Tingkat keberhasilan dengan uvuloplasty berbantuan laser cukup rendah sekitar 25--30%, sehingga sekarang jarang digunakan untuk mengobati Sleep Apnea.

  • Upper Airway Surgery

Pembedahan saluran napas bagian atas umumnya merupakan pendekatan sekunder untuk terapi apnea bagi pasien yang gagal dengan metodologi terapi lainnya. Namun, beberapa pasien lebih memilih operasi dan mencarinya sebagai pendekatan utama.

Sleep Apnea ini juga bisa menyebabkan komplikasi apabila tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi yang ada yaitu :

  • Serangan jantung
  • Hipertensi
  • Stroke
  • Diabetes tipe 2
  • Gangguan fungsi organ hati

Selain beberapa komplikasi diatas yang telah disebutkan. Sleep Apnea juga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, seperti mengganggu konsentrasi belajar serta membuat kita merasa ngantuk terus. Jadi, apabila kalian merasakan gejala-gejala dari Sleep Apnea, segeralah menemui dokter untuk konsultasi lebih lanjut. Karena efek dari Sleep Apnea sangat tidak baik bagi kesehatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline