Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Dewasa Tidaklah Mudah di Era Digital

Diperbarui: 5 Juli 2023   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Mau nanya dong sama yang udah dewasa di dunia ini. Apa benar menjadi dewasa semenakutkan dan semenyebalkan itu?

Aku lihat di kolom komen video, atau foto yang bahas tentang fase kedewasaaan, kok komentarnya kebanyakan pesimis ya? Kami yang masih remaja ini, jadi takut mau menuju ke fase itu".

Kalimat pembuka itu saya dapatkan dari sebuah grup facebook SOA (share of anything). Sebuah grup yang digunakan oleh membernya, untuk mengungkapkan keluh kesah dikehidupan mereka. Beragam keresahan dishare digrup itu, juga kegalauan -- kegalauan lainnya seperti kalimat pembuka diatas.

Menjadi dewasa cenderung menakutkan di era digital. Seiring dengan arus informasi yang mengalir begitu deras , kesengsaraan hidup manusia dewasa terpampang jelas hilir mudik hampir disemua platfrom sosial media. Melaui status , komentar dan konten -konten, bertautan menjadi sebuah karnaval besar, dengan derap yang sama yaitu kenestapa

Teror visual dari instastory atau status WA teman dimasa kecil dulu, menjadi sebuah beban tersendiri, karena merasa hidup yang begini-begini saja, hampa, nirpreatasi tidak ada yang bisa dibanggakan, untuk sekedar dijadikan konten diinstagram, ataupun status difacebook, kadang sampai berfikir apa yang salah dengan diri ini? Padahal sudah melakukan banyak ikhtiar, dan saya juga bukan pribadi yang malas-malas amat untuk bekerja keras.
Hal Ini menjadi tekanan mental tersendiri bagi mereka generasi milenial yang memang sudah akrab dengan smart phone bahkan semenjak mereka masih dalam kandungan. Ada kegamangan menuju fase kedewasan yang akhirnya memaksa mereka untuk tetap menjadi tidak percaya diri dengan fase itu.

Sialnya, waktu tidak pernah bisa berhenti sesuai yang kita inginkan. Dia selalu bergerak maju dengan semua permasalahan baru. Jika menjadi dewasa sebegitu menakutkan , sepatutnya kita sudah prepare seawal mungkin untuk menuju fase itu. Jangan malah hanya mengerutu, meratapi nasib, sibuk menyakahkan sana-sini, atas semua kemalangan dalam hidup. Sekuat apapun ratapan itu, Tuhan tidak akan pernah mengubah nasibmu, karena sejatinya kamulah penentu masa depanmu.
Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Tuhan menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Maka dari itu belajarlah dengan giat sesuai bakat dan minat , bangunlah jaringan pertemanan yang positif , mulailah berwirausaha. Tidak perlu berpenghasilan besar karena nilai sesungguhnya ada diproses menuju hasil. Jangan mudah tergiur dengan iming-iming sukses dengan cara singkat, toh sudah terbukti, hidup tidak seindah bualannya para motivator atau aviliator bisnis MLM. Apa lagi percaya sama model lambene Pak Mario Seduh.

Ikuti kompetisi yang bisa mempercantik CVmu, jika berniat ingin jadi pekerja profesional. Upgrade kemampuan bahasa asing dan komputermu. Jangan menyerah sebelum berperang. Jalan masih panjang dan menjadi dewasa tidak semengerikan itu. Karena mereka yang bahagia ketika dewasa jarang menampilkannya disosial media. Mereka cenderung menyimpan kebahagiaan itu dengan orang-orang yang mereka sayangi dan kasihi, terkasihi. Tidak perlu semua orang mengetahuinya.

Hidup tidak selamanya berjalan sesuai apa yang kita inginkan, tapi kita punya pilihan untuk memperjuangakan apa yang kita inginkan. Semua orang berhak untuk berbahagia diatas pilihan dan perjuangan mereka sendiri. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline