Gaya hidup modern mendorong manusia untuk terus-menerus membutuhkan banyak barang. Aktivitas manusia juga semakin beragam setiap harinya dan semakin banyak pula barang dan produk yang dibeli. Hal ini banyak menghasilkan sampah yang sudah melebihi kemampuan alam untuk menyerapnya. Sehingga menyebabkan tempat pembuangan sampah mulai meluap, lautan tercemar, dan landfill ditinggalkan dengan miliaran ton sampah yang tidak dapat terurai selama ratusan tahun dan tidak dapat didaur ulang.
Isu pengelolaan sampah pun menjadi topik pembicaraan yang sedang hangat dibicarakan. Bukan hanya di dunia tapi juga di Indonesia yang masih menerapkan sistem pengelolaan "kumpul-angkut-buang" sampah. Hal ini berarti tidak adanya pengelolaan terpadu untuk sampah sehingga menimbulkan sampah tertimbun di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang bisa menyebabkan penyakit dan kerusakan lingkungan lainya.
Riset dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyimpulkan bahwa produksi sampah nasional di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari. Rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7 kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala tahunan, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 64 juta ton.
Indonesia pun termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Banyaknya penduduk yang tinggal di sebuah negara tentunya akan menumpulkan sejumlah persoalan, diantaranya adalah produksi sampah dan pengolahannya. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat bumi harus melakukan gerakan perubahan untuk menjadi solusi terhadap permasalahan sampah. Salah satunya dengan cara menerapkan gaya hidup zero waste atau gaya hidup minim sampah.
Zero waste adalah sebuah konsep gaya hidup dimana kita sebisa mungkin menghindari produksi sampah. Konsep ini mengedepankan upaya untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak sehingga dapat mengurangi jumlah serta dampak buruk dari sampah dan menghindari adanya sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Tujuan dari gaya hidup zero waste menurut Zero Waste International Alliance (ZWIA) adalah untuk memandu masyarakat dalam mengubah gaya hidup dan praktik-praktik mereka dalam meniru siklus alam yang berkelanjutan, dimana semua material yang tidak terpakai lagi dirancang untuk menjadi sumber daya bagi pihak lain.
Proses menjalankan gaya hidup zero waste ini adalah dengan 5R, yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) dan Rot (membusukkan sampah). Metode 5R ini menjadi pegangan untuk membentuk gaya hidup tanpa sampah dan menggunakan sumber daya alam secara bijaksana.
Refuse jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya menolak. Maksudnya adalah belajar bilang tidak untuk penggunaan kantong plastik, sedotan plastik, dan barang-barang lain yang nantinya akan dikirim ke TPA dan bertahan disana secara permanen.
Reduce, kita dapat mengurangi konsumsi produk secara menyeluruh dengan mempertanyakan apakah produk yang kita beli penting dan dapat digunakan berkali-kali atau tidak. Selain dalam konteks reduce yaitu menahan diri untuk tidak membeli suatu produk yang tidak diperlukan. Sebelum membeli produk, ada baiknya kita pikirkan dulu barang sehari atau dua hari untuk membeli produk tersebut atau tidak.
Reuse, pemakaian kembali barang-barang yang telah kita beli. Menghentikan penggunaan barang sekali pakai dan diganti dengan barang yang dapat digunakan berkali-kali. Hal ini termasuk dalam conventional reuse di mana barang yang kita beli digunakan kembali dengan fungsi yang sama. Seperti menggunakan botol tempat minum daripada botol plastik, membawa tempat bekal makanan daripada menggunakan tempat plastik, menggunakan sedotan alumunium daripada sedotan plastik, dan lainnya.
Recycle, mendaur ulang barang jika kita tidak bisa melakukan refuse, reduce, dan reuse. Barang-barang seperti ember, wajan, sendok bekas pun bisa dijadikan daur ulang menjadi barang yang bermafaat seperti gantungan, pot bunga, lampu hias, westafel, dan lain sebagainya.