Abstrak
Para pelamar pekerjaan telah mengalami kenaikan yang sangat pesat dalam berbagai bidang selama beberapa waktu terakhir. Meskipun kenaikan yang sangat tinggi sekali, akan tetapi mereka masih menghadapi berbagai kendala-kendala yang mereka lakukan dalam meraih kesuksesan di bidang karirnya masing-masing . Pada tulisan yang saya buat ini akan menjelaskan beberapa faktor penghambat, terlebih khususnya calon pelamar pekerjaan yang saat ini masih terhambat terhadap di dunia karirnya dalam mencapai suatu kesuksesan di tempat kerjanya, dan mengapa mereka masih menghadapi tantangan yang sangat signifikan?
Pembukaan
Karir di dalam suatu tempat kerja telah menjadi perhatian utama para agenda pelamar pekerja yang datang berbondong-bondong untuk melamar pekerjaan. Meskipun ada peningkatan kesadaran, bahwasanya masih lapangan pekerjaan yang belum terbangun untuk mencukupi kebutuhan finansial, salah satunya dalam menghadapi kendala dalam mencapai keberhasilan dalam karir profesional mereka.
Salah satu contoh kasus yaitu, pada kasus HRD yang sombong dan menolak salah satu lamaran pekerjaan. Pasalnya, seorang pelamar tersebut ditolak dengan kalimat yang cukup pedas dari HRD kantor yang ia lamar tersebut dengan kepedihan sebanyak dua kali lipat. Kisah sedih pelamar kerja ini diungkap oleh sebuah akun Twitter @hrdbacot (7/7/2020). Awal mulanya, si pelamar berniat mendaftar di sebuah perusahaan Informatika dan Teknologi (IT). Pelamar sudah mempersiapkan diri dengan ijazah bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan persyaratan. Hanya saja, pelamar itu menyadari bahwa ada satu persyaratan yang belum sesuai yaitu pengalaman kerja minimal lima tahun. Pelamar pun nekat melamar dan mengirim berkas ke perusahaan tersebut, akan tetapi balasan yang si pelamar dapatkan dari HRD perusahaan IT itu membuatnya terkejut. Dalam foto tangkapan layar email yang diterima oleh pelamar, si HRD menuliskan dua kalimat penolakan dengan cara yang tidak formal layaknya perwakilan dari sebuah perusahaan. "Ini kamu tidak baca seksama, ya minimal requirement yang diminta? Memang ignorance atau iseng saja coba-coba?" tulis HRD dalam sebuah email tersebut. Sontak saja balasan itu membuat si pelamar tak habis pikir. "Jujur sedih, kalau ditolak kenapa tidak pakai format penolakan saja?. Tapi aku tahu sih, aku salah karena belum memenuhi syarat, cuma kan namanya usaha," curhat pelamar tersebut pada sebuah admin akun Twitter @hrdbacot, sang pelamar tersebut mengaku baru kali ini merasakan kesakitan hati pada saat ditolak di sebuah perusahaan.
Beberapa waktu kemudian, di sebuah akun Twitter @hrdbacot menemukan sebuah pesan bahwa di dalam pesan penolakan tersebut menggunakan intonasi nada yang sangat kasar. Tidak hanya diterima oleh pelamar tersebut, beberapa pelamar lain juga mengalami hal serupa dari oknum HRD yang diduga berasal dari satu perusahaan yang sama. Beberapa pesan penolakan dari oknum HRD tersebut bahkan menggunakan intonasi nada yang merendahkan si pelamar tersebut. "Wish you segera dapat kerjaan ya kid, supaya tidak menjadi sampah masyarakat," bunyi salah satu pesan penolakan lain yang dikirim oleh oknum HRD tersebut. Yang lebih mengejutkan, oknum HRD tersebut mengunggah kekesalan para pelamar yang ditolaknya lewat akun Instagramnya. "Kandidat yang marah karena enggak gue panggil interview. This is why? I love my job," tulis caption dalam unggahannya dengan menyematkan emotikon tertawa. Sontak saja tingkah oknum HRD tersebut sombong dan menuai reaksi dari warganet."Asli, enggak profesional banget jawabnya. Itu di email lho. Terekam. Kok bisa-bisanya sepede itu," ulas para komentar warganet.
Dari kasus ini, banyak beberapa faktor yang menjadi hambatan bagi para pelamar pekerja dalam meraih keberhasilan untuk karir dimasa yang akan datang dan hal tersebut sangat berkaitan dengan Stereotip Gender (kesetaraan gender). Tantangan para pelamar dalam menciptakan di dunia pekerjaan serta kehidupannya, sekurang-kurangnya perlu ada dukungan yang lebih, bahkan di zaman pada saat ini diskriminasi dan ketimpangan upah tidak disamaratakan dengan seorang yang kurang memiliki karir dibandingkan memiliki banyak karir.
Pembahasan