Ramadhan tahun ini kemungkinan menjadi catatan sejarah setelah sebelumnya pernah terjadi aksi demonstrasi serupa di Ramadhan tahun 2019 pasca penetapan pemenang Pilpres. Bedanya, aksi kali ini digelar oleh aliansi mahasiswa se-Indonesia yang dengan "jujur" membawa aspirasi masyarakat yang mulai gerah dengan kebijakan-kebijakan politik penguasa.
Ditengah situasi pandemik yang sangat dirasakan memberangus kesejahteraan, kini rakyat harus kembali menanggung resiko-resiko keterpurukan keekonomian akibat kebijakan-kebijakan yang merugikan. Kritik terhadap pemerintah pada kenyataannya dijawab dengan melambungnya harga-harga kebutuhan pokok, ditambah wacana ditundanya pelaksanaan pemilu, seolah meneguhkan sikap penguasa yang arogan dan otoriter.
Puasa, nampaknya menjadi momen yang pas untuk menyuarakan aspirasi rakyat, sebab dalam keadaan berpuasa, penyampaian aspirasi akan relatif lebih santun dan bermartabat, sebab mereka demonstrasi dalam keadaan berpuasa.
Aksi mahasiswa ini juga digelar di siang hari, semakin memperlihatkan bahwa puasa tidak menghalangi setiap orang menyuarakan kebenaran dan keadilan, terlebih bahwa mereka benar-benar aktualisasi "suara rakyat" yang sebenar-benarnya, tanpa disusupi motif politik atau sisipan rekayasa keekonomian dibelakangnya.
Pergerakan mahasiswa sejak dulu dalam sejarahnya, benar-benar membawa semangat aspirasi rakyat dan mungkin satu-satunya gerakan yang relatif sepi motif dan kepentingan, kecuali semangat menggelorakan perubahan. Mahasiswa merupakan elit sosial karena terdidik secara intelektual sehingga jiwa kritis mereka tumbuh subur dalam menghadapi berbagai fenomena ditengah realitas sosial.
Pilihan aksi di tengah suasana puasa, mungkin saja untuk membendung aksi represif aparat yang terlalu berlebihan dalam menangani berbagai demonstrasi sebagaimana pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sebab, aparat juga dalam keadaan berpuasa dan sedikit banyak suasana ini akan sedikit menekan tensi amarah yang kerap terjadi ketika para demonstran mulai susah dikendalikan.
Tidak heran, ketika pernyataan Panglima TNI meminta aparat keamanan agar tidak bertindak represif kepada para mahasiswa.
Saya kira, demonstrasi yang dilakukan mahasiswa yang sebagian besar diantara mereka juga dalam keadaan berpuasa, justru akan lebih ditunjukkan oleh suasana damai demi menghormati kegiatan ibadah mereka. Suasana demonstrasi yang lebih kondusif, juga akan mencegah aksi penumpang gelap yang selalu menjadi kekhawatiran banyak pihak.
Saya mengapresiasi setiap aksi yang menyuarakan aspirasi rakyat, mengusung kebenaran dan keadilan, sebab saluran-saluran aspiratif sejauh ini cenderung buntu dan bahkan ditutup oleh arogansi kekuasaan atau mungkin mereka yang dititipi aspirasi oleh rakyat justru lupa oleh jabatan dan kehormatan mereka.
Kita tentu semua berharap, aksi mahasiswa kali ini tidak dipandang sebagai aksi "bodoh" ditengah kesulitan beban hidup masyarakat atau dituding sebagai penyebab biang macet bagi para pengendara yang gila kerja. Kita tentu saja tidak boleh tutup mata, bahwa masih banyak kebijakan-kebijakan pemerintah yang justru tidak berpihak kepada rakyat tetapi memberatkan rakyat seraya memberikan keuntungan kepada para pengusaha.
Ketimpangan ini dirasa cukup besar ditambah benang kusut persoalan mafia-mafia perekonomian yang berlindung dibalik jubah para konglomerat yang dilindungi tak pernah kunjung selesai. Bagi saya, siapapun yang menyuarakan kebenaran, justru harus didengarkan, didukung, dan diperhatikan. Bukan malah diabaikan, dianggap kelompok-kelompok liar yang mengganggu keamanan dan ketertiban.