Lihat ke Halaman Asli

Syahirul Alim

TERVERIFIKASI

Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Jangan Anggap Remeh Ijtimak Ulama

Diperbarui: 17 September 2018   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribun Sumsel

Dalam banyak hal, keputusan Ijtimak Ulama II yang memberikan dukungan penuh kepada pasangan Prabowo-Sandi tentu saja menguntungkan. Tak hanya bagi pasangan capres-cawapres yang diusungnya, namun juga bagi suara umat Islam yang tersegmentasi kepada pendukung GNPF ulama. Prabowo jelas mendapatkan suplemen politik signifikan dari suara-suara kalangan Islam yang kecewa terhadap pemerintahan Jokowi.

Mereka yang sejauh ini menggaungkan #2019GantiPresiden---paling tidak---telah "terkunci" suaranya untuk mendukung penuh pencalonan Prabowo dalam kontestasi politik tahun depan.

Umumnya, suara kelompok Islam yang kecewa terhadap pemerintahan Jokowi, akan setia mengikuti fatwa ulama terlebih sudah ada kesepakatan dan pakta integritas yang ditandatangani kontestan politik.

Dukungan kelompok apapun terhadap suatu kontestan politik, hendaklah tak dianggap remeh, terlebih mereka merupakan kalangan Islam yang pernah menggemparkan Jakarta. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan 212, tentu saja pernah mendulang sukses mengantarkan Anies-Sandi menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. 

Gerakan politik mereka sempat dianggap remeh dan diabaikan beberapa pihak, walaupun pada kenyataannya sanggup berpengaruh meraup kemenangan kontestan politik yang diusungnya. Mereka saat ini, jelas berambisi untuk mengulang kemenangannya di Pilpres, setelah mereka sukses mendulang kemenangan di Pilgub Jakarta.

Saya kira, mereka sukses menggalang dukungan kalangan Islam yang selama ini kecewa dengan Jokowi, akibat berbagai tekanan politik yang diberlakukan kepada para ulama mereka.

Ijtimak Ulama bagi saya, memiliki efek politik yang cukup signifikan, terutama ditengah euforia pilpres 2019 yang memperhadapkan dua kubu yang saling bertentangan. Hampir tak ada deklarasi dari kalangan Islam, kecuali dukungan kepada pasangan Prabowo-Sandi.

Di luar itu, dukungan kalangan Islam kepada Jokowi tak tampak signifikansinya, kecuali keberadaan figur cawapresnya yang direkrut dari tokoh NU sebagai representasi kalangan Islam yang tak sepenuhnya secara politik memberikan dukungan.

Bagi saya, kekecewaan sebagian besar kiai NU juga tampak---meskipun tak diumbar ke publik---akibat kiai sepuh-nya yang rela berkutat dalam soal kekuasaan. Kharismatik seorang ulama justru pudar, ketika ia justru rela menceburkan diri dalam dunia politik yang "kotor".

Tidak menutup kemungkinan, beberapa ulama NU yang juga kecewa dengan majunya Kiai Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, akan mengalihkan dukungannya kepada pasangan Prabowo-Sandi pada pilpres mendatang. Walaupun, dalam hal pilihan politik, tentu saja banyak latar belakang yang mampu mempengaruhi setiap orang, karena setiap kekecewaan terhadap kontestan, mungkin saja  besar berpengaruh terhadap pilihan politik. 

Namun paling tidak, penandatangan pakta integritas antara para ulama kalangan Islam dengan Prabowo, memiliki andil besar dalam hal penambahan kekuatan politik. Prabowo memiliki tambahan amunisi politik untuk mempermudah aksesnya dalam kemenangan suatu ajang kontestasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline