Lihat ke Halaman Asli

Syahirul Alim

TERVERIFIKASI

Penulis Lepas, Penceramah, dan Akademisi

Universitas Islam Internasional Indonesia dan Prospek Islam Moderat

Diperbarui: 23 Januari 2018   18:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: kompasiana.com/calvincapnary

Setelah diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) nomor 57 tahun 2016, sebentar lagi Indonesia akan memiliki kampus Islam bertaraf internasional yang pembangunannya segera direalisasikan di wilayah Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Kampus yang diberi nama Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ini dibangun melalui pembiayaan APBN sebesar 400 miliar dengan luas lokasi sekitar 143 hektar. 

Walaupun rencana pendiriannya sempat dipertanyakan oleh beberapa pihak, namun keinginan pemerintah untuk menjadikan UIII sebagai proyeksi bagi Islam moderat di Indonesia, tak terelakkan. Keberadaan UIII ini pernah disinyalir akan mengganggu keberadaan Universitas Islam Negeri (UIN) yang belakangan semakin mengembangkan diri dan tetap menjadi bagian dari prospek besar perkembangan Islam moderat di Indonesia.

Di tengah menyeruaknya isu soal penelantaran situs "Rumah Cimanggis" oleh beberapa orang, terkait dengan pembangunan kampus UIII, justru ditepis oleh Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK). 

Baginya, membangun kampus bertaraf internasional adalah bagian dari prospek masa depan, yang tak ada hubungannya dengan bangunan situs yang merepresentasikan masa lalu. JK menilai, situs Rumah Cimanggis yang dipersoalkan sebagian orang, bukanlah situs sejarah yang mesti dipertahankan, terlebih pembangunan kampus UIII tak akan mengganggu situs "bersejarah" tersebut.

Dengan sangat meyakinkan, JK tampaknya keukeuh segera membangun UIII, mengingat kampus ini akan diharapkan mampu menjadi "kiblat" bagi peradaban Islam dunia.

Sering muncul banyak pertanyaan, jika memang prospek Islam moderat akan bermula dari kampus yang segera akan dibangun ini, apakah terkait nanti dengan cara pandang civitas akademikanya yang harus juga berpaham moderat? Ataukah kampus ini akan mengajarkan moderasi Islam dengan memberi bobot keilmuan agama Islam dengan mengajarkan berbagai mazhab, seperti yang dilakukan Al-Azhar Mesir?

Saya kira, klaim atas cara pandang moderat sejauh ini, sulit diukur jika hanya melihat pada sistem atau konsep keilmuan agama Islam yang multi-mazhab saja, tetapi, moderatisme lebih banyak tumbuh dari sikap keberagamaan yang akomodatif terhadap berbagai perbedaan yang ada, baik tradisi, budaya, keyakinan, atau cara berpikir setiap orang.

Prospek Islam moderat yang dikukuhkan melalui pembangunan kampus UIII ini, secara tidak langsung juga merupakan "counter" atas maraknya kenyataan Islam yang digagas dalam bingkai "ekstrimisme", cenderung sulit menerima perbedaan dan bahkan selalu menghadirkan "klaim" kebenaran atas ajaran Islam dalam versi yang berbeda-beda tidak bermuatan universal.

Jika memang demikian, kampus-kampus Islam lainnya, seperti IAIN atau UIN, bisa saja dianggap kurang membawa nilai-nilai ajaran Islam yang moderat.

Padahal, kampus-kampus yang mengajarkan kajian keislaman, umumnya mengajarkan beragam corak pemikiran yang lintas mazhab, bahkan lintas keyakinan, karena adanya jurusan perbandingan agama di dalamnya. Bagi saya, klaim Islam moderat semestinya tidak menjadi domain salah satu pihak, jika pada akhirnya menganggap pihak lain malah tidak mencerminkan prinsip moderatisme dalam ajaran Islam.

Saya malah mengkhawatirkan, bahwa keberadaan UIII pada akhirnya hanya akan menjadi kompetitor bagi IAIN atau UIN yang sejauh ini digadang-gadang menjadi pusat kajian Islam Nusantara dan dunia. Alih-alih akan mendukung proyeksi Islam moderat, UIII malah semakin meredupkan kampus-kampus Islam lainnya, karena terdorong alasan bisnis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline