Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Passive Income itu Cuma Mitos

Diperbarui: 21 Januari 2025   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kartun tentang pendapatan pasif. (Sumber: Ifunny.co)

Dalam dunia keuangan, "pendapatan pasif" adalah istilah yang sering dilemparkan seperti confetti di pesta pernikahan: semua orang senang mendengarnya, tapi jarang ada yang tahu siapa yang akan membersihkan kekacauan itu. Pendapatan pasif terdengar seperti mimpi: Anda duduk di sofa, ngemil keripik, nonton serial Netflix terbaru, dan uang mengalir ke rekening Anda tanpa perlu repot-repot berkeringat. Seperti laba-laba yang bersantai di jaringnya, menunggu lalat datang sendiri. Namun, mari kita tarik napas dan bongkar mitos ini dengan gaya santai tapi tetap tajam.

Mitos Pertama: Pendapatan Pasif itu 100% Pasif

Mari kita perjelas: tidak ada hal di dunia ini yang benar-benar pasif kecuali, mungkin, tanaman kaktus yang tidak butuh disiram selama berminggu-minggu. Pendapatan pasif sebenarnya membutuhkan kerja keras di awal. Anda harus membangun "jaring laba-laba" dulu, entah itu dalam bentuk properti, saham, blog yang menghasilkan uang dari iklan, atau kanal YouTube yang penuh dengan video lucu kucing peliharaan Anda.

Analoginya seperti ini: Anda tidak bisa duduk di tengah hutan berharap pohon uang tumbuh tanpa menanam benih terlebih dahulu. Bahkan laba-laba di tanduk rusa (seperti di kartun tadi) harus menginvestasikan waktu dan tenaga untuk membuat jaringnya. Jadi, kalau ada seminar yang menjanjikan Anda bisa kaya hanya dengan "tidur" atau "makan keripik", ingatlah bahwa mereka kemungkinan besar sedang menjual mimpi.

Fakta Pertama: Pendapatan Pasif Butuh Aktivitas Tidak Pasif

Untuk mencapai tahap "pasif", Anda harus melewati fase "aktif yang bikin capek" terlebih dahulu. Contohnya, jika Anda ingin mendapatkan uang dari properti sewa, Anda harus membeli properti itu dulu. Dan kalau Anda berpikir membeli properti adalah hal yang sederhana, berarti Anda belum pernah berurusan dengan agen properti yang menyuruh Anda "bayar DP dulu, Pak, nanti nego belakangan" sambil tersenyum misterius.

Belum lagi setelah properti Anda disewa, ada saja masalah: atap bocor, AC rusak, atau penyewa yang lupa bayar. Jadi, ketika orang berbicara tentang pendapatan pasif dari properti, ingatlah bahwa ini lebih mirip menjadi "manajer full-time yang nggak digaji."

Mitos Kedua: Pendapatan Pasif Adalah Jalan Pintas Jadi Kaya

Satu hal yang sering saya dengar dari orang-orang adalah, "Saya mau bikin pendapatan pasif biar cepat kaya." Ini adalah fantasi yang sama seperti percaya bahwa Anda bisa turun berat badan hanya dengan minum teh diet. Tidak ada yang salah dengan teh, tapi kalau Anda meminumnya sambil makan martabak keju setiap malam, yah, mungkin hanya dompet Anda yang menjadi "kurus" lebih dulu.

Pendapatan pasif adalah proses, bukan jalan pintas. Seperti laba-laba di tanduk rusa tadi: dia tetap harus membuat jaring dan, lebih penting lagi, menemukan rusa yang mau membawanya ke padang rumput penuh lalat. Kalau rusa itu tiba-tiba berhenti berlari? Ya, tamatlah riwayat laba-laba itu.

Fakta Kedua: Pendapatan Pasif Butuh Modal (dan Kesabaran)

Apapun bentuknya, pendapatan pasif butuh modal, baik modal uang, waktu, maupun tenaga. Jika Anda ingin berinvestasi di saham yang memberikan dividen, Anda butuh uang. Jika Anda ingin membuat kanal YouTube yang menghasilkan uang, Anda butuh waktu untuk membuat konten. Bahkan untuk sesuatu yang sederhana seperti menjual e-book, Anda tetap harus menulis e-book itu dulu. Dan percayalah, menulis itu tidak semudah yang terlihat. Saya sudah mencoba menulis 20 halaman e-book tentang cara menghemat uang, tapi malah berakhir dengan 20 alasan mengapa saya gagal menghemat uang.

Kesabaran juga kunci. Banyak orang ingin hasil instan, seperti mie instan, padahal pendapatan pasif lebih mirip seperti slow-cooked rendang: perlu waktu berjam-jam (atau bahkan bertahun-tahun) untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dan seperti rendang, hasil akhirnya bisa sangat memuaskan, jika Anda tahan dengan prosesnya.

Sedikit Bumbu Kebodohan Kita

Kita semua pernah jatuh ke dalam jebakan pendapatan pasif versi instan. Entah itu mencoba "bisnis online tanpa modal" yang ternyata butuh modal, atau ikut investasi bodong dengan janji "untung 200% dalam 2 minggu." Faktanya, kita sering tergoda oleh janji-janji manis yang seolah-olah datang tanpa risiko. Tapi, seperti kencan pertama yang terlalu sempurna, selalu ada sesuatu yang mencurigakan di balik layar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline