Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Game Berbasis Lokasi untuk Pendidikan

Diperbarui: 14 Januari 2025   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi game pendidikan berbasis lokasi. (Sumber: Freepik.com)

Saatnya Berburu Ilmu ala "Koin Jagat" dan "Pokemon GO"!

Pernahkah Anda membayangkan belajar sambil berburu seperti Ash Ketchum di Pokemon GO atau memburu harta karun di dunia nyata seperti di "Koin Jagat"? Kalau belum, izinkan saya membawa Anda ke dunia di mana belajar bukan hanya duduk di kelas, melainkan juga melibatkan ponsel, peta digital, dan, tentu saja, sedikit semangat petualangan.

Dari Pramuka ke Dunia Digital

Mari kita bernostalgia sejenak ke zaman Pramuka. Ingat permainan "berburu jejak" atau "pencarian harta karun"? Permainan ini mengajarkan kerja sama, kreativitas, dan ketelitian, tanpa siswa sadar bahwa mereka sedang belajar. Nah, bayangkan permainan itu didigitalkan, ditambahkan elemen Augmented Reality (AR), dan dikawinkan dengan kecanggihan teknologi modern. Apa yang kita dapatkan? Sebuah platform pendidikan berbasis game yang mampu mengubah taman kota menjadi ruang kelas dan museum menjadi buku pelajaran hidup.

Kenapa Tidak Coba Gabungkan?

"Koin Jagat" sudah membuktikan bahwa berburu koin di lokasi tertentu bisa membuat orang rela berjalan kaki (atau bahkan berlari) demi beberapa lembar uang. Di sisi lain, Pokemon GO membuktikan bahwa dengan sedikit bumbu nostalgia dan AR, orang-orang bisa menjadi pelatih Pokemon yang gigih, meskipun di dunia nyata hanya berburu karakter virtual. Kedua konsep ini sebenarnya memiliki satu kesamaan: mereka melibatkan teknologi berbasis lokasi untuk menciptakan pengalaman yang menghibur.

Sekarang, bagaimana kalau kita mengarahkan konsep ini untuk pendidikan? Bayangkan anak-anak berburu "koin pengetahuan" di lokasi bersejarah, menyelesaikan kuis sains di taman kota, atau bahkan mempelajari biologi sambil melihat model AR organ tubuh di kebun raya. Terdengar seperti fantasi, kan? Tapi, hei, teknologi sudah ada. Tinggal siapa yang mau mewujudkan.

Bagaimana "Game Pendidikan" Bisa Bekerja?

Peta digital bisa menampilkan tantangan edukasi. Setiap siswa memiliki aplikasi yang menunjukkan lokasi "koin edukasi" di tempat-tempat seperti museum, taman kota, atau perpustakaan. Misalnya, di Museum Nasional, siswa dapat mengumpulkan koin setelah menjawab pertanyaan tentang artefak sejarah tertentu.

Dengan Augmented Reality, siswa bisa memindai lokasi tertentu untuk melihat model 3D, seperti kerangka dinosaurus atau anatomi tubuh manusia. Misalnya, di kebun raya, siswa bisa menemukan "koin sains" yang membuka video interaktif tentang fotosintesis.

Materi pelajaran juga bisa diubah menjadi misi atau tantangan. Siswa yang berhasil menyelesaikan tugas akan mendapatkan poin atau hadiah virtual. Contohnya, guru matematika bisa membuat siswa mencari koin di pasar lokal dan menyelesaikan soal perhitungan diskon untuk mendapatkannya.

Keuntungan untuk Semua Pihak

Bagi siswa, belajar jadi menyenangkan. Siswa yang bosan dengan pelajaran di kelas akan antusias berburu koin. Dengan belajar di lokasi nyata, mereka mendapatkan pengalaman langsung yang sulit didapatkan dari buku. Selain itu, berjalan kaki atau bersepeda sambil berburu koin tentunya lebih baik daripada duduk sepanjang hari.

Bagi guru, ini adalah alat pengajaran interaktif. Guru dapat dengan mudah membuat tugas yang relevan dan menarik melalui platform ini. Ketika belajar menjadi permainan, siswa akan lebih termotivasi.

Bagi orang tua, mereka lebih tenang karena anak menggunakan ponsel untuk tujuan edukatif, bukan sekadar bermain game tanpa manfaat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline