Harga bahan bakar minyak (BBM) yang tinggi, sebagaimana tercermin dalam infografis 10 negara dengan harga BBM termahal di dunia pada September 2024, tidak hanya menjadi perbincangan di kalangan ekonom, tetapi juga memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat.
Negara-negara seperti Hong Kong, Monako, dan Islandia menduduki puncak daftar, dengan harga BBM melambung hingga Rp50.804/liter untuk RON 95 di Hong Kong.
Tingginya harga BBM di negara-negara ini bukan tanpa sebab, melainkan hasil dari kombinasi faktor lingkungan, kebijakan ekonomi, dan ketergantungan pada impor energi.
Dalam konteks ekonomi makro, harga BBM yang tinggi dapat memicu inflasi, terutama di sektor transportasi dan logistik. Berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF), kenaikan harga energi dapat menyebabkan inflasi sebesar 0,2 hingga 0,5 persen di beberapa negara maju, tergantung pada seberapa besar ketergantungan ekonomi negara tersebut pada bahan bakar fosil.
Ketika di Hong Kong, Monako, dan Islandia, biaya transportasi yang tinggi telah menjadi faktor utama yang meningkatkan biaya hidup secara keseluruhan.
Menurut laporan Bank Dunia (2023), negara-negara kecil dengan harga BBM tinggi cenderung mengalami kenaikan inflasi yang lebih signifikan, terutama dalam sektor pangan dan transportasi.
Kebijakan fiskal juga berperan besar dalam menentukan harga BBM di negara-negara ini. Sebagai contoh, Monako dan Swiss secara konsisten menerapkan pajak karbon yang tinggi untuk mendorong penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada BBM fosil.
Joseph Stiglitz, seorang ekonom peraih Nobel, pernah menyebut bahwa negara-negara maju harus menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan, dan salah satu cara terbaik untuk melakukan itu adalah melalui harga energi yang tinggi.
Dengan demikian, harga BBM yang mahal di negara-negara ini sering kali merupakan langkah kebijakan yang disengaja untuk mendorong inovasi hijau dan transisi ke energi bersih.