Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu pilar utama dalam Revolusi Industri Keempat, mengubah lanskap bisnis dan kewirausahaan secara global.
Dominic Chalmers, Niall G. MacKenzie, dan Sara Carter dalam artikel ilmiah mereka "Artificial Intelligence and Entrepreneurship: Implications for Venture Creation in the Fourth Industrial Revolution" (2020) menyoroti peran AI sebagai penggerak perubahan dalam berbagai aspek usaha, mulai dari proses penciptaan ide hingga skalabilitas.
AI tidak hanya mempercepat proses inovasi, tetapi juga mereduksi waktu yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi peluang bisnis melalui analisis data yang kompleks.
Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, AI memungkinkan wirausahawan untuk beradaptasi lebih cepat terhadap perubahan pasar dan menghasilkan inovasi lebih efisien.
Meski menawarkan banyak peluang, implementasi AI juga membawa tantangan besar. Salah satunya adalah risiko pengangguran massal akibat otomatisasi pekerjaan.
Data dari artikel ini menunjukkan bahwa AI diperkirakan akan mengubah cara kerja di berbagai sektor, dengan prediksi bahwa pada tahun 2030, sekitar 30% pekerjaan yang ada saat ini dapat digantikan oleh AI dan otomatisasi.
Di sisi lain, ketidakmerataan akses terhadap teknologi AI juga berpotensi memperlebar jurang ketimpangan ekonomi, khususnya bagi perusahaan kecil yang kesulitan mengadopsi teknologi tersebut.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana AI dapat dimanfaatkan secara optimal dalam kewirausahaan tanpa mengabaikan dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkannya.
***
Dalam artikel tersebut, peran AI sebagai external enabler dalam kewirausahaan dijelaskan secara mendalam, terutama bagaimana AI dapat memengaruhi berbagai tahap dalam penciptaan usaha baru.