Konstruksi Diri Melalui Confabulation dan Etika Kebajikan
Dalam eksplorasi etika kebajikan, kecenderungan manusia untuk "confabulate", atau memberikan alasan yang dibuat-buat untuk tindakan yang telah dilakukan, sering kali dipandang negatif karena dianggap menjauhkan individu dari pemahaman diri yang autentik.
Namun, Kathleen Murphy-Hollies (2023) dalam artikelnya "The Know-How of Virtue" menawarkan perspektif yang berbeda yang menunjukkan bagaimana confabulation dapat memainkan peran dalam mengembangkan kebajikan.
Dia berargumen bahwa confabulation, meskipun sering kali tidak akurat, bisa menjadi sarana bagi individu untuk membangun narasi diri yang positif yang pada akhirnya mendukung pengembangan kebajikan melalui refleksi diri dan penyesuaian perilaku.
Murphy-Hollies memaparkan bahwa perilaku yang dibangun atas dasar kebajikan harus dilandasi oleh motivasi yang benar dan dilaksanakan dengan cara yang tepat.
Hal ini tidak hanya mencakup tindakan yang keluar dari kebiasaan yang baik, tetapi juga pemahaman mendalam tentang mengapa tindakan tersebut dianggap baik dan penting.
Di sini, confabulation mungkin terlihat sebagai hambatan karena mengaburkan pemahaman ini dengan alasan yang dibuat-buat. Namun, jika dilihat sebagai proses dinamis dan interaktif, confabulation bisa menjadi alat untuk memahami dan memperbaiki diri sendiri dalam perjalanan mencapai kebajikan sejati.
Dengan demikian, pendekatan Murphy-Hollies mengajak kita untuk melihat confabulation bukan sebagai penghalang murni terhadap kebajikan, tetapi sebagai jembatan yang memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan nilai-nilai yang mereka anut dan secara bertahap menginternalisasi nilai-nilai tersebut ke dalam perilaku sehari-hari.
Proses ini menekankan pentingnya kesadaran diri dan regulasi diri, di mana individu belajar untuk menyesuaikan narasi diri mereka dan bergerak lebih dekat menuju ideal kebajikan yang mereka cita-citakan.
Peran Confabulation dalam Pengembangan Kebajikan dan Self-Regulation
Dalam konteks etika kebajikan, confabulation berperan penting dalam pembentukan dan penyesuaian narasi diri yang memungkinkan individu untuk menjembatani kesenjangan antara perilaku nyata dan cita-cita diri yang ideal.
Murphy-Hollies mengemukakan bahwa meskipun confabulation sering kali dianggap sebagai distorsi kenyataan, ia dapat mengaktifkan proses reflektif yang penting dalam pengembangan diri dan kebajikan.