Asal Usul Cita-Cita
Arthur Hapgood, seorang veteran perang yang kembali bekerja di pabrik Triumph setelah perang, memiliki harapan besar untuk masa depan anaknya, Mark. Terlepas dari kekecewaannya sendiri terhadap pekerjaannya, Arthur bertekad bahwa Mark tidak akan mengikuti jejaknya. Dengan pengorbanan besar, ia memastikan Mark mendapatkan pendidikan yang layak.
Mark berhasil lulus dengan baik dari sekolah dasar hingga menengah, tetapi keputusannya untuk tidak melanjutkan ke universitas dan lebih memilih bekerja di pabrik yang sama dengan ayahnya mengejutkan Arthur. Dalam percakapan yang memuncak, Mark menegaskan keinginannya untuk bergabung dengan teman-temannya di pabrik, meskipun ayahnya keras menentang hal itu.
Konflik ini berujung pada kompromi yang diajukan oleh ibu Mark, di mana Mark setuju untuk mencoba pekerjaan lain selama setahun sebelum dia bisa kembali ke pabrik, sebuah kesepakatan yang dengan berat hati diterima oleh kedua belah pihak.
Arthur berusaha keras memberikan alternatif karier untuk Mark, namun tidak ada yang menarik bagi Mark hingga ibunya menyarankan manajemen hotel. Meskipun Mark tidak terlalu tertarik, dia memutuskan untuk mencoba karena setidaknya dia bisa mendapatkan kebutuhan dasar dan tidak terlalu buruk untuk dijalani sementara waktu.
Ini membawanya pada wawancara yang gagal di berbagai hotel, hingga akhirnya Arthur menggunakan koneksinya untuk membantu Mark mendapatkan posisi di Savoy. Mark dengan berat hati memulai pekerjaannya di hotel Savoy, menjauh dari impian dan harapan ayahnya, tetapi tetap terikat pada kompromi yang telah dibuat.
Tantangan dan Pencerahan
Di Savoy, Mark menghadapi kenyataan pahit dari pekerjaannya sebagai porter junior, yang jauh lebih menantang dan kurang menguntungkan dibandingkan dengan pekerjaan teman-temannya di pabrik. Dengan jam kerja yang panjang dan tanpa kompensasi untuk lembur yang dia lakukan, Mark mulai merasa putus asa.
Situasi memburuk ketika Mark berkonflik dengan kepala porter, Sergeant Crann, yang menganggap pekerjaan hotel sebagai perpanjangan dari militer dan tidak memberikan toleransi atau penghargaan terhadap upaya Mark. Perbedaan pandangan ini memuncak ketika Mark kehilangan pekerjaannya sebagai porter karena konfrontasi verbal dengan Crann.
Dengan dukungan manajer hotel, Mark tidak dipecat tetapi dialihkan ke dapur, di mana dia diberi tugas memotong sayuran. Meskipun awalnya ragu dan tidak memiliki pengalaman, Mark pelan-pelan menyesuaikan diri dengan tugas barunya.
Di dapur, dia bertemu dengan Jacques, maitre chef de cuisine, yang mengajarkan Mark dasar-dasar kuliner dan mengawasi progresnya dengan ketat. Pengalaman di dapur mengubah perspektif Mark, dari rasa tidak suka menjadi menghargai kerajinan dan keterampilan yang diperlukan dalam mempersiapkan makanan.
Mark menghabiskan sisa waktunya di Savoy dengan lebih menghargai pekerjaan dapur, beradaptasi dengan cepat, dan mulai dihargai oleh Jacques dan tim dapur lainnya. Saat mendekati akhir tahun komitmennya, Mark telah menguasai keterampilan dasar kuliner dan bahkan mulai menikmati proses kreatif dalam memasak, sebuah perubahan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.