Ketahanan Akademik: Fondasi Kebangkitan Mahasiswa
Academic resilience (ketahanan akademik) bukan hanya sebuah kemampuan, tetapi sebuah proses yang mendasari kesuksesan mahasiswa dalam menghadapi berbagai rintangan dan tekanan yang tak terelakkan dalam kehidupan kampus. Penelitian terkini menunjukkan bahwa sebanyak 73% mahasiswa mengalami tingkat stres psikologis yang moderat hingga parah selama tahun 2021, dengan sekitar 60% di antaranya menghadapi tantangan kesehatan mental yang signifikan. Peningkatan ini mencapai hampir 50% dibandingkan dengan tahun 2013, menandakan bahwa isu kesehatan mental menjadi semakin krusial bagi keberhasilan akademik [1].
Dalam menghadapi tantangan ini, peran efikasi diri akademik menjadi sangat penting. Data menunjukkan bahwa mahasiswa dengan efikasi diri yang lebih rendah cenderung memiliki ketahanan akademik yang lebih tinggi ketika menghadapi situasi yang tidak langsung terkait dengan mereka secara pribadi. Efek ini diperkuat dengan adanya dukungan dari struktur dan sumber daya pendidikan yang memadai [2].
Pandemi COVID-19 telah menambah beban psikologis pada mahasiswa, terutama mereka yang baru memulai studi. Stresor terkait pandemi, seperti kehilangan pekerjaan, isolasi sosial, dan kesulitan belajar jarak jauh, berkontribusi terhadap peningkatan gejala kecemasan dan depresi, memperburuk keadaan kesehatan mental yang telah ada [3]. Ini menunjukkan pentingnya universitas dalam memberikan dukungan yang lebih baik dan lebih terstruktur kepada mahasiswa, terutama selama krisis.
Pendekatan yang proaktif dan inklusif dalam mendidik dan mendukung mahasiswa dapat membuat perbedaan yang signifikan. Memperkenalkan kegiatan pembelajaran dari kesalahan dan mempromosikan pengambilan risiko yang bertanggung jawab adalah strategi yang bisa meningkatkan ketahanan akademik. Misalnya, mendidik mahasiswa untuk merayakan setiap keberhasilan kecil dan belajar dari kegagalan, sambil tetap menjaga fokus pada tujuan jangka panjang mereka bisa sangat bermanfaat [4].
Dengan fakta dan data yang mendukung dari penelitian terkini, pentingnya membangun ketahanan akademik tidak hanya mendukung pencapaian akademik tetapi juga kesejahteraan psikologis mahasiswa, yang pada gilirannya, mendukung kesuksesan mereka di masa depan. Universitas dan lembaga pendidikan tinggi perlu memprioritaskan program dan strategi yang mendukung pembangunan ketahanan ini sebagai bagian dari kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler mereka.
Penguatan Ketahanan Akademik: Strategi dan Solusi
Menyadari kebutuhan mendesak untuk mendukung kesehatan mental dan ketahanan akademik mahasiswa, institusi pendidikan tinggi dan pengambil kebijakan harus mengimplementasikan strategi berkelanjutan yang efektif. Salah satu pendekatan kritis dalam hal ini adalah peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental. Sebuah survei menunjukkan bahwa sekitar 50% mahasiswa dengan kondisi kesehatan mental tidak mengakses layanan yang tersedia, sementara hanya seperempat yang menggunakan layanan konseling di kampus. Mengatasi hambatan akses ini dapat secara signifikan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mahasiswa [1].
Selanjutnya, mengintegrasikan praktik berbasis trauma dalam pendidikan dapat mendukung siswa yang mengalami kesulitan akibat tekanan ekonomi dan kerugian personal selama pandemi. Model sekolah seperti Fall-Hamilton Elementary di Nashville, yang menggunakan praktik berbasis trauma, menunjukkan betapa pentingnya pendekatan ini dalam mendukung kesehatan mental siswa [5].
Intervensi spesifik lainnya yang telah terbukti efektif adalah penggunaan teknologi untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan mental. Video konferensi, misalnya, telah menjadi cara yang efektif untuk memberikan layanan kesehatan mental, khususnya selama pandemi, memastikan bahwa siswa masih dapat menerima dukungan meskipun secara fisik terisolasi [5].
Di sisi lain, meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi mahasiswa juga vital. Keterlibatan dalam kegiatan ini tidak hanya memerangi isolasi tetapi juga meningkatkan kesehatan mental dan ketahanan. Inisiatif ini mencakup bergabung dengan tim olahraga, kelompok kepentingan, atau organisasi sukarela, yang semuanya memberikan jaringan dukungan sosial yang kuat bagi mahasiswa [6].
Mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi mahasiswa saat ini, hanya melalui pendekatan yang komprehensif dan proaktif kita dapat berharap untuk mengembangkan ketahanan akademik yang efektif. Ini tidak hanya tentang mengurangi stres tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung di mana mahasiswa dapat berkembang, belajar dari kegagalan, dan meraih kesuksesan dengan seluruh potensi mereka. Kesuksesan dalam upaya ini membutuhkan kerjasama antara universitas, mahasiswa, dan masyarakat luas untuk menciptakan sistem pendukungan yang kuat dan responsif.