Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Review Film "Everly" (2014)

Diperbarui: 26 Juli 2024   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salma Hayek bersama suaminya Franois-Henri Pinault, Sabtu 6 November 2021. (Sumber: IG/@salmahayek via Tempo.co)

Pada hari Kamis, 25 Juli 2024 pukul 23.00, salah satu stasiun televisi tanah air menayangkan film berjudul "Everly". Berikut review film "Everly".

***

Film "Everly" yang dirilis pada tahun 2014 di bawah arahan sutradara Joe Lynch, menampilkan Salma Hayek sebagai karakter utama yang berjuang untuk bertahan hidup dalam sebuah apartemen dikepung pembunuh bayaran. Dalam film ini, terdapat tema utama yang menarik untuk dibahas: pertarungan perempuan untuk mempertahankan martabat dan keluarga di tengah kondisi paling brutal.

Salma Hayek memerankan Everly, seorang wanita yang terjebak dalam dunia kriminal keras sebagai budak seks yang terpaksa menghadapi para pembunuh yang brutal. Film ini diawali dengan adegan yang sangat intens, di mana Everly harus bertarung nyawa demi menyelamatkan ibu dan anaknya. Ini mencerminkan representasi perjuangan wanita dalam keadaan terdesak, di mana mereka sering kali ditampilkan sebagai simbol ketahanan dan kekuatan moral, meskipun berada dalam situasi yang mengerikan.

Cerita film ini berputar pada kisah Everly yang berusaha keluar dari cengkeraman bos Yakuza yang sekaligus mantan kekasihnya, Taiko, yang diperankan oleh Hiroyuki Watanabe. Upaya Everly untuk melindungi keluarganya menunjukkan nilai-nilai keberanian dan kekuatan moral yang tinggi, terutama ketika dia menghadapi ancaman yang semakin intens dan brutal.

Namun, "Everly" juga menuai kritik karena pendekatannya yang dianggap berlebihan dan terlalu mengandalkan adegan kekerasan. Ini menggambarkan bagaimana film bisa mengeksplorasi tema filosofis tentang penderitaan dan perjuangan melawan ketidakadilan, namun sering kali terjebak dalam stereotip dan penggambaran yang tidak mendalam. Misalnya, penggunaan setting Natal yang ironis dan adegan kekerasan yang terkesan dipaksakan menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana film ini berhasil menggali makna yang lebih dalam dari sekedar tontonan aksi.

Penggambaran Everly sebagai karakter yang hampir tidak terkalahkan, walaupun dalam kondisi yang sangat buruk, mungkin dimaksudkan untuk membangkitkan simpati dan kekaguman, namun ini juga bisa dilihat sebagai bentuk eskapisme yang menghindari realitas yang lebih kompleks dan penuh nuansa. Kritik terhadap film ini menyoroti bahwa sementara film tersebut menawarkan hiburan yang mendebarkan, ia sering kali kurang dalam hal pengembangan karakter dan kedalaman cerita yang bisa memberikan pelajaran moral yang berarti.

***

Kita mendapati bahwa film ini tidak hanya sekadar narasi tentang pertarungan fisik, tetapi juga pertarungan moral dan psikologis yang dihadapi oleh karakter utama. Everly, yang diperankan dengan intens oleh Salma Hayek, tidak hanya berjuang melawan musuh yang tampak, tetapi juga melawan masa lalunya sebagai budak seks dan upaya untuk memperbaiki hubungan dengan keluarganya yang terpisah karena hidupnya yang terpaksa terlibat dalam dunia kriminal.

Film ini menyuguhkan narasi yang kuat tentang pembebasan dan penebusan, meskipun dilakukan dalam konteks yang sangat keras dan penuh kekerasan. Everly berusaha keras untuk memutus rantai yang menjeratnya dan mengambil kembali kontrol atas hidup dan masa depannya serta keluarganya. Ini merupakan simbolisme yang kuat dari perjuangan perempuan dalam mengatasi kekerasan dan penindasan dalam skala yang lebih luas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline