Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sinopsis Cerita Pendek "The Century" Karya Jeffrey Archer (25)

Diperbarui: 16 Juli 2024   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cerita pendek "The Century". (Created by Bing Image Creator)

Awal Karier dan Cedera

Cerita ini mengisahkan perjuangan seorang pemuda India di Universitas Oxford, yang berusaha mengikuti jejak ayahnya, seorang legenda kriket. Dikenal karena keahliannya dalam kriket, pemuda ini mengalami kecelakaan yang mempengaruhi kariernya. Sebagai mahasiswa baru, dia menunjukkan bakat luar biasa, bermain melawan tim county Inggris dan mencetak century (100 run) melawan tiga di antaranya. Namun, seminggu sebelum pertandingan besar melawan Cambridge, dia mengalami cedera ibu jari yang memaksanya mundur dari pertandingan tersebut, sebuah kejadian yang menghancurkan mimpi awalnya untuk mendapatkan Blue, sebuah penghargaan prestisius di universitas.

Setelah diinformasikan bahwa dia telah mendapatkan Blue dan akan diumumkan di koran "The Times", kegembiraannya berubah menjadi kekecewaan ketika dia harus menjalani perawatan di London dan mengetahui bahwa dia tidak akan bisa bermain dalam waktu dekat. Ayahnya, yang terbang dari Kalkuta untuk menyaksikan pertandingan, hanya bisa menawarkan kata-kata penghiburan, mengingatkannya bahwa masih ada waktu untuk mencapai kehormatan tersebut di tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun kedua, meskipun telah melupakan kekecewaan awal dan mencetak century lagi di pertandingan pembuka musim melawan Somerset, pemuda ini mengalami masa sulit menjelang pertandingan melawan Cambridge. Dia tidak mencetak banyak run dan gagal mengambil wicket, membuatnya tidak dipilih untuk pertandingan tersebut. Sekali lagi, dia hanya bisa menyaksikan sebagai penonton ketika Oxford kalah dan sekretaris Cambridge mencetak century.

Kembalinya Sang Kapten

Memasuki tahun terakhirnya di Oxford, sang pemuda terkejut dan gembira ketika dipilih oleh rekan-rekannya untuk menjadi kapten tim, suatu kehormatan yang belum pernah diberikan kepada seseorang yang belum mendapatkan Blue. Pengakuan ini bukan hanya karena prestasi olahraganya, tetapi juga atas kerja kerasnya sebagai sekretaris tim kriket. Dengan kepercayaan baru ini, dia memulai musim dengan tekad kuat, menunjukkan kemampuan memukau baik sebagai pemukul maupun pelempar, dan memimpin timnya meraih beberapa kemenangan penting.

Dalam upayanya untuk menebus kegagalan sebelumnya, dia mengabaikan tradisi yang mengharuskan pemain di tahun terakhir tidak bermain kriket sampai mereka menyelesaikan ujian akhir. Sebaliknya, dia memilih untuk bermain dari hari pertama musim panas, mengesampingkan pendidikan demi kriket. Performanya tidak mengecewakan; dia terus memukau dengan kemampuan memukul yang luar biasa dan, pada kesempatan langka ketika dia tidak bermain baik dengan pemukul, kemampuannya sebagai pelempar menjadi sorotan.

Saat pertandingan melawan Cambridge semakin dekat, semua mata tertuju pada dia, dengan banyak yang percaya bahwa ini akan menjadi tahunnya untuk mengukir nama di buku rekor, mengikuti jejak ayahnya. Namun, kekhawatiran tetap ada tentang kemampuannya menghadapi pelempar cepat Cambridge, Bill Potter, yang dikenal akan serangan awalnya yang kuat.

Ketika hari pertandingan tiba, suasana penuh harapan. Kapten Oxford ini tidak hanya ingin memenangkan pertandingan tetapi juga mencetak century, suatu pencapaian yang akan menempatkan dia di samping nama-nama besar dalam sejarah olahraga universitas. Setelah Cambridge memilih untuk memukul pertama dan mencetak skor awal yang solid, dia, dengan berat hati, harus mengambil keputusan taktis untuk meminimalkan kerusakan daripada mencetak skor besar.

Perjuangan Menuju Century

Di hari ketiga dan terakhir pertandingan, situasi menjadi semakin dramatis. Cambridge, dengan keunggulan awal, terus memperkuat posisi mereka. Kapten Oxford, setelah melakukan beberapa pergantian strategis dalam peran pelemparnya, berhasil menahan laju Cambridge, tetapi tetap saja, timnya memasuki babak kedua dengan defisit yang perlu diatasi. Kembali ke lapangan dengan tekanan yang berat, dia berusaha untuk membalikkan keadaan.

Dengan Oxford membutuhkan 214 run untuk menang, kapten mendapati dirinya kembali di crease dalam keadaan yang sangat genting. Setelah awal yang berjuang, dia akhirnya menemukan ritme, dan perlahan-lahan mulai membangun skor pribadi sambil menjaga timnya tetap dalam permainan. Ketegangan meningkat ketika dia mendekati angka century, sebuah pencapaian yang akan sangat berarti secara pribadi dan juga untuk timnya.

Momen krusial tiba ketika dia mencapai skor 99. Dengan hanya satu run yang diperlukan untuk mencapai century, situasi di lapangan menjadi sangat tegang. Kapten Cambridge, Robin Oakley, mengambil keputusan yang tidak biasa dengan memilih untuk tidak mengeluarkan dia ketika dia hampir terjebak di luar crease, sebuah tindakan sportivitas yang langka dan mengesankan. Setelah momen ketegangan ini, kapten Oxford berhasil mencetak century dengan pukulan yang elegan, sebuah pencapaian yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari penonton dan pujian dari sesama pemain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline