Lanskap Kejahatan Siber di Indonesia
Serangan siber di Indonesia pada tahun 2023 mencerminkan gambaran yang mengejutkan tentang kerentanan digital di negara ini. Dari empat infografis yang dipaparkan, terungkap bahwa ransomware LunaMoth menjadi jenis serangan yang paling sering ditemui dengan total aktivitas mencapai 418.226 kasus.
Sementara itu, WannaCry, Locky, LockBit, dan GandCrab juga menunjukkan kehadiran yang signifikan dengan puluhan ribu kasus yang tercatat. Ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi target empuk untuk serangan yang bertujuan untuk mengambil tebusan data.
Lebih lanjut, data dari sektor administrasi pemerintahan menunjukkan paparan yang sangat tinggi di darknet dengan total mencapai 665.916 kasus, yang mengindikasikan kebocoran informasi skala besar yang mungkin mencakup data sensitif warga seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan data pribadi lainnya.
Sektor keuangan dan informasi dan komunikasi juga mengalami kebocoran signifikan dengan lebih dari 100.000 kasus tercatat masing-masing, yang menyoroti risiko yang dihadapi oleh infrastruktur keuangan dan data komunikasi nasional.
Pada grafik ketiga dan keempat, terlihat adanya kenaikan jumlah dugaan insiden kebocoran data dan serangan siber yang melibatkan sektor administrasi pemerintahan dengan jumlah terbesar mencapai 71 dan 186 insiden.
Keuangan, transportasi, dan energi dan mineral juga mencatat angka yang signifikan. Kenaikan ini menegaskan urgensi untuk meningkatkan keamanan dan protokol di semua sektor yang berisiko.
Tahun 2023 telah menjadi tahun yang menantang dalam hal keamanan siber di Indonesia. Riset yang dilakukan oleh Fortinet mengungkapkan bahwa serangan ransomware di Indonesia meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, dengan sektor swasta menjadi target utama. Selain itu, terdapat peningkatan serangan phishing dan pencurian identitas, menempatkan dua jenis kejahatan ini sebagai ancaman utama bagi perusahaan.