Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sinopsis Cerita Pendek "Elder Brown's Backslide"

Diperbarui: 11 Juni 2024   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cerpen "Elder Brown's Backslide". (Created by Bing Image Creator)

Karya Harry Stillwell Edwards (1855- )

Keberangkatan Elder Brown

Kisah ini dimulai di pagi hari yang cerah, ketika Elder Brown pamit kepada istrinya di depan pintu rumah mereka. Meski perpisahan tampaknya rutin, ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun Elder Brown melakukan perjalanan ke Macon sendirian. Elder Brown, meskipun berusia lanjut dan terlihat kikuk dengan pakaian usang dan topi yang sudah tidak layak, tetap bersemangat dalam petualangannya.

Perjalanan ini tidak hanya fisik tetapi juga emosional, dimana Elder Brown merasakan kebebasan dari rutinitas sehari-hari dan tanggung jawab rumah tangga yang selama ini dia jalani. Saat dia mengendarai keledainya melewati pedesaan yang tenang, Elder Brown mulai menyanyikan hymne gereja dengan penuh semangat. Nyanyian ini mencerminkan perasaan lega dan kegembiraan yang dia rasakan, namun ini juga menandakan awal dari serangkaian kejadian tak terduga yang akan menguji batas-batas kestabilan emosional dan moralnya.

Di tengah perjalanannya, kejadian lucu namun berbahaya terjadi ketika Elder Brown dan keledainya dikejutkan oleh seekor babi di jalan, yang mengakibatkan dia terjatuh dan mengalami kecelakaan konyol yang membuat topinya hancur. Kondisi ini tidak hanya fisik tetapi juga simbolik, menandai kehancuran tatanan dan kewarasan yang sebelumnya dia pegang teguh.

Kejadian ini menjadi titik balik, di mana Elder Brown mulai kehilangan kontrol atas perjalanannya, baik secara harfiah maupun metaforis. Dengan semangat yang berkurang dan kebingungan yang meningkat, dia melanjutkan perjalanannya ke Macon, tidak menyadari bahwa ini akan menjadi awal dari serangkaian kesalahan dan keputusan yang buruk. Kesimpulannya, bagian pertama ini mengatur panggung untuk pengungkapan lebih lanjut tentang karakter Elder Brown dan perjalanan yang akan semakin kompleks dan menantang.

Di Kota Macon

Setelah tiba di Macon, Elder Brown memulai urusan bisnisnya dengan semangat yang sudah agak reda karena insiden sebelumnya. Tujuannya adalah mengatur keuangan untuk kebutuhan keluarganya, yang menunjukkan tanggung jawabnya meski di bawah tekanan. Namun, keadaan segera menjadi lebih rumit saat dia mencoba berinteraksi dengan pebisnis setempat.

Dalam interaksinya dengan pegawai gudang, Elder Brown berusaha untuk mendapatkan dana yang dia butuhkan, tetapi hanya mendapatkan sebagian dari jumlah yang diharapkan. Ini menambah tekanan pada dirinya, terlihat dari cara dia menggumamkan komentar sarkastik dan kekecewaannya yang mendalam. Interaksi ini tidak hanya menyoroti kesulitan finansial tetapi juga menunjukkan kesulitan komunikasi dan perbedaan antara harapan dan realitas yang harus dia hadapi.

Ditambah lagi, Elder Brown mulai mengalami kesulitan mengingat dan menyelesaikan komisi-komisi kecil yang diberikan oleh istrinya sebelum berangkat, yang semakin menambah beban pikirannya. Kegagalan dalam mengingat tugas-tugas ini menyebabkan dia merasa lebih terbebani dan terisolasi.

Sebagai pelarian dari tekanan ini, Elder Brown tergoda untuk memasuki toko minuman keras setelah kehilangan kontrol atas keadaannya. Ini menandai titik di mana dia mulai berjalan di jalur yang berbahaya, meninggalkan prinsip dan kedisiplinannya yang biasanya dia pegang teguh. Pengalaman di bar, dimana dia secara tidak sengaja meminum alkohol, dengan cepat mengubah situasi menjadi lebih buruk, menghidupkan kembali kecenderungan lama yang dia telah coba hindari selama bertahun-tahun.

Keputusan untuk membeli sebuah bonnet merah muda sebagai hadiah untuk istrinya sebagai bentuk penebusan menunjukkan usaha terakhirnya untuk menyelamatkan hari itu, meski dia sudah terlalu terpengaruh oleh minuman. Ini menunjukkan perjuangannya untuk mempertahankan sisa-sisa kehormatannya di tengah kekacauan yang tidak dia inginkan.

Secara keseluruhan, bagian kedua ini menunjukkan bagaimana tekanan dan kegagalan dalam mengelola stres dapat menyebabkan keputusan yang buruk, yang pada gilirannya memperburuk situasi yang sudah sulit. Ini memperdalam pemahaman kita tentang perjuangan internal Elder Brown dan menyediakan panggung untuk konsekuensi tindakannya yang akan diungkap dalam bagian ketiga cerita.

Kembali ke Rumah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline