Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Mentega dan Roti

Diperbarui: 26 Mei 2024   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi timbangan kuno milik pak Budi. (Sumber:  TEMPO/Pito Agustin Rudiana)

Di sebuah desa kecil yang ceria, hiduplah seorang petani bernama Pak Budi dan seorang pembuat roti bernama Pak Rudi. Setiap minggunya, Pak Budi membawa mentega untuk dijual kepada Pak Rudi, yang kemudian menggunakan mentega itu untuk membuat roti lezat.

Suatu hari, Pak Rudi merasa mentega yang dibelinya dari Pak Budi terlihat lebih sedikit. "Hmm, sepertinya mentega ini kurang dari satu kilogram," pikir Pak Rudi dengan dahi berkerut. Dia memutuskan untuk memeriksa mentega itu dengan timbangan dapurnya yang canggih.

"Aha! Benar saja, mentega ini kurang dari satu kilogram!" seru Pak Rudi sambil melompat-lompat seperti kelinci. Dengan semangat, dia memutuskan untuk membawa Pak Budi ke pengadilan desa yang dipimpin oleh sesepuh yang bijaksana, Pak Irfan.

Di balai desa, Pak Irfan bertanya dengan tenang, "Pak Budi, bagaimana Anda menimbang mentega yang Anda jual kepada Pak Rudi?"

Pak Budi menjawab sambil tersenyum, "Yang Mulia, saya ini orang sederhana. Saya tidak punya alat ukur yang canggih seperti yang dimiliki Pak Rudi, tapi saya punya timbangan tua yang sudah menemani saya bertahun-tahun."

Pak Irfan mengangguk, "Lalu, bagaimana Anda memastikan mentega yang Anda jual seberat satu kilogram?"

Pak Budi berkata sambil menggaruk kepala, "Begini, Yang Mulia, setiap minggu Pak Rudi selalu membawakan saya satu kilogram roti. Saya taruh roti itu di timbangan, lalu saya ukur mentega seberat roti itu untuk dijual kembali kepada Pak Rudi. Jadi, kalau mentega yang dia terima kurang dari satu kilogram, mungkin roti yang dia berikan kepada saya juga kurang dari satu kilogram!"

Semua orang di pengadilan tertawa terbahak-bahak. Pak Rudi pun merasa malu dan pipinya memerah seperti tomat. "Maafkan saya, Pak Budi. Sepertinya saya harus memastikan roti saya benar-benar seberat satu kilogram mulai sekarang," kata Pak Rudi sambil tertawa kecil.

Pak Irfan mengangguk bijaksana, "Ingatlah saudara-saudara, dalam hidup ini apa yang kita berikan kepada orang lain akan kembali kepada kita. Kalau kita memberikan roti yang seberat satu kilogram, maka kita akan menerima mentega yang seberat satu kilogram juga."

Sejak saat itu, Pak Budi dan Pak Rudi selalu memastikan bahwa mentega dan roti mereka seberat satu kilogram. Mereka pun menjadi sahabat baik yang sering tertawa bersama, berbagi cerita lucu, dan membuat desa kecil itu semakin ceria.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline