Di ruang rapat PT Teknologi Maju, Ernanda tampak gelisah. Sejak pagi, ia telah mengalami kegagalan demi kegagalan dalam menetapkan alokasi sumber daya. Di sekeliling meja, wajah-wajah baru yang penuh harapan menatapnya, tapi Ernanda tahu mereka belum cukup berpengalaman untuk tantangan yang akan datang.
"Kita perlu lebih banyak waktu untuk mengasah keterampilan, bukan hanya teori," ujar Ernanda, mencoba menyembunyikan kekecewaannya. Ruangan itu terdiam, beberapa anggota tim yang baru terlihat gugup.
Dalam perjalanan pulang, Ernanda masih memikirkan pekerjaan. Tiba di rumah, ia disambut oleh anaknya, Dian, yang sedang duduk di ruang tamu, asyik dengan tablet di tangannya.
"Hore, Ibu pulang!" Dian berseru, berlari menghampiri ibunya. "Ibu kenapa? Kok mukanya sedih?"
Ernanda tersenyum pahit, "Iya, Nak, banyak pikiran di kantor. Gimana kalau kita makan sesuatu yang enak malam ini? Ayo kita masak bersama."
"Boleh, Bu! Aku mau belajar masak Soto Ayam kesukaanku!" seru Dian dengan semangat.
Mereka berdua kemudian melangkah ke dapur. Ernanda menyiapkan bumbu, sedangkan Dian dengan cekatan memotong ayam. Di antara canda tawa dan bercerita tentang hari mereka, Ernanda merasakan kehangatan yang lama tidak ia rasakan.
"Bu, tahu nggak, hari ini di sekolah aku belajar tentang keberanian mencoba hal baru," kata Dian, sambil terus mengaduk kuah soto yang mulai mengeluarkan aroma sedap.
Ernanda tertawa, "Oh iya? Seperti apa itu?"
"Katanya, kita nggak akan pernah tahu bisa nggak, kalau nggak pernah coba," jawab Dian bijak.