Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Cerpen: Menemukan Kebahagiaan dalam Diri

Diperbarui: 29 April 2024   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Bungkul, Surabaya. (SHUTTERSTOCK)

Di hari Minggu yang cerah, Sari menapaki jalanan berbatu Taman Bungkul yang ramai, hatinya hancur. Baru saja ia menerima kabar pahit dari Bima, kekasihnya selama tiga tahun, yang tiba-tiba menyatakan bahwa cintanya telah usai. Sari merasa dunianya runtuh, tiap langkahnya terasa berat seakan mengangkat beban kenangan yang tiba-tiba menjadi luka.

Duduk termenung di salah satu bangku taman, Sari mencoba meredam gejolak emosinya. Taman itu dipenuhi oleh suara anak-anak yang bermain dan keluarga-keluarga yang menikmati akhir pekan, namun suara itu bagaikan sayup-sayup terdengar, terhalang oleh kabut kesedihannya yang pekat. Di tengah keputusasaannya, seorang wanita paruh baya dengan senyum lembut mendekatinya. Wanita itu menawarkan tempat duduk di sebelahnya, sebuah gestur sederhana yang terasa menghangatkan.

Wanita tersebut, bernama Dewi, memulai percakapan tanpa harapan apa pun, hanya berbagi kehangatan dan kehadiran. Sari mendengarkan dengan setengah hati, hingga cerita Dewi tentang bagaimana dia menemukan kebahagiaan dalam kesendirian setelah ditinggalkan suaminya usai empat belas tahun pernikahan mulai menarik perhatiannya. Dewi berbicara tentang penerimaan dan pencarian kekuatan dalam diri, sebuah proses yang ia dokumentasikan dalam sebuah buku yang ditulisnya, "Menemukan Kebahagiaan dalam Diri."

Mengakhiri percakapan mereka, Dewi memberikan buku tersebut kepada Sari. Meskipun hatinya masih luka, perlahan ada rasa penasaran yang tumbuh. Sari mulai membuka halaman pertama buku itu, mencari makna di balik kata-kata yang tertulis.

***

Suasana malam hari di taman bungkul. (KOMPAS/JUMARTO YULIANUS)

Setelah pertemuan itu di Taman Bungkul, Sari membawa pulang buku yang diberikan Dewi. Malam itu, ia mulai membaca, lampu kamar hanya menerangi sudut tempat ia duduk, menciptakan lingkungan yang intim antara dirinya dan kata-kata yang menari di halaman-halaman buku. Setiap kata yang dibaca seakan menjadi obat yang perlahan menyembuhkan luka hatinya.

Buku itu membahas tentang pentingnya mengenali dan menerima perasaan sendiri, dan menemukan kebahagiaan yang tidak tergantung pada orang lain. Sari menemukan dirinya sering terhenti, merenungi pengalaman pribadinya dan membandingkannya dengan narasi dalam buku. Dari halaman ke halaman, ia belajar tentang keberanian menghadapi kesedihan dan menemukan kedamaian dalam kesendirian.

Pagi berganti siang dan siang berganti sore, Sari menghabiskan waktunya tidak hanya dengan membaca tapi juga merenung dan menulis diary. Ia mencatatkan perasaannya, pemikirannya, dan wawasan baru yang diperoleh dari buku tersebut. Dengan setiap catatan, ia merasa seperti sedang meletakkan satu demi satu batu bata yang akan membangun fondasi baru dalam hidupnya.

Di akhir pekan, Sari memutuskan untuk kembali ke Taman Bungkul. Kali ini, langkahnya lebih ringan, dan matanya lebih terbuka untuk melihat keindahan di sekelilingnya. Ia duduk di bangku yang sama tempat ia bertemu Dewi, menutup mata, dan mengambil napas dalam-dalam. Rasa syukur mulai mengisi dadanya, menyadari bahwa meski perjalanan ini sulit, ia tidak sendiri dalam menghadapinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline