Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Puisi: Gema Hati yang Menua

Diperbarui: 24 April 2024   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gema hati yang menua. (Freepik.com)

Gema Hati yang Menua

Di pojok ruang, ia duduk menggigil,  
tangan-tangan keriput memeluk lutut,  
mata jauh melirik ke luar jendela ---  
hari semakin suram, tak seorang pun menghampiri.

Suara TV menggema tanpa pendengar,  
di dinding, jam dinding berdetak lambat,  
berkisah tentang masa yang telah hilang ---  
masa ketika tawa dan langkah tak lelah mendengar.

Kini, hanya ada bisikan angin lusuh,  
yang membawa pesan dari mereka yang lupa,  
bahwa di setiap hela nafas yang rapuh,  
tersembunyi rasa rindu yang tak terkira.

Mari, jangan biarkan mereka tenggelam dalam sepi,  
rangkullah mereka dengan kehangatan cerita lama,  
karena setiap detik yang kita bagi,  
adalah obat bagi jiwa-jiwa yang sudah terlalu lama menanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline