Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Puisi: Mimpi di Pinggir Jalan

Diperbarui: 23 April 2024   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Freepik/freestockcenter)

Mimpi di Pinggir Jalan

Di sudut pasar tua kota ini,  
di mana jejak kaki bercampur debu,  
seorang tua dengan senyum lebar  
menjual mimpi-mimpi yang tak terucap.

Kardus-kardusnya penuh dengan harapan,  
matahari setiap hari menjilat luka-lukanya,  
tapi dia tetap bertahan,  
di pinggir jalan, ia berdiri sebagai monumen  
kegigihan yang tak kenal menyerah.

Kerut di wajahnya, peta jalan hidup,  
di setiap lipatan cerita perjuangan.  
Dia berbicara dalam bahasa yang hanya  
dipahami oleh mereka yang mendengar  
dengan hati, bukan hanya dengan telinga.

Anak-anak berlarian, mengejek waktu,  
sementara dia mengukir senyum pada kayu,  
membuat mainan dari sisa-sisa kayu bekas,  
setiap potongan adalah doa,  
setiap ukiran adalah asa.

"Mari, beli mimpi," katanya,  
"biarkan mereka menari dalam tidurmu." 
Di sini, di tepi kenyataan,  
dia menjual bukan hanya barang dagangannya,  
tapi jendela-jendela ke dunia yang lebih baik.

Langit semakin merah, lampu-lampu mulai menyala,  
dia mengumpulkan barang-barangnya,  
mungkin besok, akan ada yang membeli,  
mungkin besok, dunia akan lebih ramah  
bagi pemimpi yang terlupakan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline