Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Teh Kenangan

Diperbarui: 18 April 2024   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dua cangkir teh kenangan. (Freepik/azerbaijan_stockers)

Episode 1: Cahaya di Kegelapan

Di dapur yang hangat, Arik, 14 tahun, dan ayahnya, Bambang, sedang mengaduk air panas di dalam teko. Langit malam di luar jendela kelihatan mendung, sesuai dengan suasana hati yang menyelimuti rumah itu sejak kepergian ibunya, Murni.

Ayahnya mencoba mencerahkan suasana, mulai bercerita tentang masa-masa dulu ketika ibunya sering membuat teh yang sama. "Kamu tahu, Nak, ibumu itu hebat sekali membuat teh. Setiap tetesnya seolah-olah mengandung doa dan cinta. Ayah yakin, tehnya bisa membuat bunga mekar kalau dia mau," katanya sambil mencoba tersenyum.

Arik, yang baru saja selesai memasukkan teh ke dalam teko, tertawa kecil. "Bunga di taman belakang rumah mungkin langsung jadi kebun raya, Yah, kalau ibu yang siram pakai tehnya."

"Benar sekali!" sahut ayahnya, ikut tertawa. "Ibumu juga selalu bilang, 'Teh ini bisa menyembuhkan segala luka, asal diminum bersama keluarga.' Kamu ingat itu?"

Mengangguk, Arik merasakan hangatnya kenangan itu seakan-akan mengusir dinginnya malam. "Aku ingat, Yah. Setiap kali aku sedih atau kesal, ibu selalu membuatkan teh, dan tiba-tiba dunia terasa lebih baik."

Ayahnya menuangkan teh yang telah siap ke dalam dua cangkir. "Nah, sekarang coba rasakan. Apakah masih ada sugesti ibumu di sini?"

Arik mengambil cangkirnya, hembusan uap teh membawa aroma yang sangat familiar. Setelah menyesapnya, dia menatap ayahnya dengan serius. "Rasanya hampir sama, Yah. Tapi, ada yang kurang."

"Kurang apa, Nak?" tanya ayahnya, penasaran.

Arik tersenyum sambil menatap ke cangkir tehnya. "Kurang ibu di sini, duduk bersama kita."

Keduanya terdiam, menikmati kehangatan teh yang menggantikan kehangatan yang telah lama hilang. Dalam kesunyian itu, mereka tidak hanya merasakan kehilangan, tetapi juga kekuatan dari kenangan yang terus hidup dalam setiap tegukan.

Episode 2: Mie Goreng dan Kenangan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline