"Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misk (kasturi)."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kontroversi
Kontroversi kesehatan mulut selama ibadah puasa Ramadan sering kali berpusat pada beberapa isu utama, antara lain:
1. Penggunaan Siwak atau Sikat Gigi
Terdapat perdebatan mengenai apakah penggunaan siwak (sebuah metode pembersihan gigi tradisional di beberapa komunitas Muslim) atau sikat gigi dan pasta gigi di siang hari selama Ramadan dapat membatalkan puasa. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa membersihkan gigi dengan siwak atau sikat gigi tidak membatalkan puasa selama tidak ada yang tertelan.
2. Bau Mulut
Karena tidak makan dan minum dari fajar hingga maghrib, beberapa orang mungkin mengalami peningkatan bau mulut atau kondisi yang dikenal sebagai halitosis. Hal ini terjadi karena penurunan produksi saliva yang berfungsi sebagai agen pembersih alami mulut. Meskipun kondisi ini sering dikhawatirkan, dalam tradisi Islam, bau mulut yang timbul dari puasa dianggap memiliki aroma yang baik di hadapan Allah.
3. Kesehatan Gusi dan Gigi
Kekurangan asupan air selama jam-jam puasa dapat menyebabkan dehidrasi, yang selanjutnya berpotensi memengaruhi kesehatan gusi dan gigi. Dehidrasi dapat menurunkan produksi air liur, yang memiliki peran penting dalam membersihkan partikel makanan dan bakteri dari mulut, sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan mulut seperti gingivitis dan karies gigi.
4. Waktu yang Tepat untuk Membersihkan Mulut
Ada pertanyaan mengenai kapan waktu terbaik untuk menyikat gigi dan membersihkan mulut selama Ramadan--apakah sebelum sahur, setelah sahur, atau sebelum tidur. Pendekatan ini dapat bervariasi tergantung pada preferensi pribadi, pandangan keagamaan, dan saran medis.