Lihat ke Halaman Asli

Syahiduz Zaman

TERVERIFIKASI

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Puisi: Labirin Ketakutan

Diperbarui: 10 Februari 2024   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hutan dengan jalan setapak. (Freepik/wirestock)

Labirin Ketakutan

Di pagi yang ditempa hujan, Rafi dan Gita lari,  
Trotoar basah bawah langit kelabu, tak pernah surut semangatnya.  
Sepatu kets mereka ciptakan irama, di jalanan kota kecil berlari,  
Di atas aroma tanah basah, bersama mereka temukan kedamaian hati.

Hujan deras sambut mereka di tepian hutan rimba,  
Dedaunan basah berkilau bagai berlian, suara tetes air mendamaikan jiwa.  
Meski suasana suram, semangat mereka tak pernah luntur,  
Berlari melalui kabut pagi, menjelajahi jalan yang belum pernah terukur.

Tiba-tiba, suara gemerisik, misterius dan tak terduga,  
Sosok berjubah muncul, mengucap bisikan yang dingin dan tajam.  
"Melarikan diri tak akan menyelamatkanmu," katanya dengan suara serak,  
Membawa mereka ke dunia lain, di mana jalan menjadi labirin ketakutan.

Dalam perjuangan melawan ilusi, mereka hadapi ketakutan dalam diri,  
Sosok berjubah itu menonton, sementara hujan turun menjadi melodi.  
Rafi dan Gita temukan kekuatan dalam ikatan,  
Menyadari bahwa dalam menghadapi ketakutan, bersama mereka tak terkalahkan.

Setelah cobaan berlalu, hujan menjadi gerimis yang menyegarkan,  
Hutan kembali menjadi surga, misteri sosok itu tetap tak terungkap.  
Beberapa misteri memang sebaiknya dibiarkan,  
Bersama, mereka menghadapi yang tidak diketahui, dan bersama menjadi lebih kuat.

Malang, 10 Februari 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline